Natanggwan

Natanggwan artinya seorang pemimpin yang selalu mendapat kepercayaan rakyat karena bersifat adil dan bijaksana.

Keadilan sebagai prinsip keseimbangan yaitu dengan memperlakukan orang secara seimbang. 

Sehingga disebutkan, 

Bijaksanalah dalam menghadapi berbagai situasi dan masalah

Sebagai bagian dari asta dasa berata pramiteng prabhu dikisahkan;

Pada zaman dahulu dalam kisah mahabharata diceritakan ada seorang guru yang sedang bertanya kepada dua orang murudnya yang telah menjadi pemimpin yang tangguh yaitu Yudistira dan Duryudana, oleh gurunya Bhagawan Drona ditanyakan :

Guru Drona awalnya bertanya pada muridnya DURYUDANA :

Drona : apa pendapatmu tentang Raja Drupada ?
DURYUDANA : Drupada raja yg tidak becus memerintah kerajaannya , juga dia
tidak terlalu pandai berperang dengan kuda ....

DRONA bertanya pada Yudistira pertanyaan yg sama ....
Yudistira : Raja Drupada adalah raja yg di cintai rakyatnya karena dia sangat
adil dan bijaksana.....

Guru DRONA tersenyum melihat jawaban ke dua muridnya .
DURYUDANA yg berhati culas dan penuh iri hati .....selalu menilai orang lain dari sisi buruknya , sedangkan YUDISTIRA yg berhati lembut dan penuh CINTA KASIH selalu menilai orang lain dari kelebihan dari orang itu.....

Sebagai makna yang tersirat dari percakapan tersebut dapat dipetik :
Berhati hatilah menilai orang lain ......karena apapun penilaianmu terhadap orang lain menunjukkan hatimu yg sesungguhnya.

Saat engkau menilai orang lain sifat atau kepribadiannya buruk.....itu berarti hatimu pun sedang tidak baik, karena engkau hanya melihat sisi buruk orang itu saja.

Di dunia ini tidak ada orang yang dilahirkan dengan kebaikan saja .....
orang di lahirkan dengan sisi baik juga sisi buruk , jadi kurang bijak jika kita melihat keburukannya saja walau mungkin dia telah menyinggung hati kita .

YUDISTIRA yangg berhati mulia menilai orang lain dari sifat baiknya saja, karena hatinya yg baik hanya akan melihat kebaikan orang lain.....bukan keburukannya.

Begitu rame di media sosial saling hujat hanya untuk mempertahankan agar pendapatnya dianggap benar, bahkan banyak yg sampai emosi.
Kata2 pedas ibarat paku berkarat yang di pukulkan pada sebatang kayu .....
Walau kelak kita menyadari dan berani meminta maaf, tetapi kata2 yg keluar sudah terlanjur menyakiti .
Saat paku di cabut.....
dia tetap meninggalkan lubang di kayu untuk beberapa tahun....

Demikian juga jika kita menyakiti orang lain dengan kata-kata...dan saat sadar kita meminta maaf, walaupun yang kita sakiti dengan kata kata memberi maaf pada kita...tetapi hatinya yg terluka akan masih berdarah oleh kata kata kita dulu.

Berhati hatilah berucap.....jangan sampai menyakiti hati orang lain.

Semoga kata kata yang keluar dari lidah kita, semoga tulisan tulisan yg tertulis dari tangan kita....hanya keluar untuk memberi KEDAMAIAN dan dapat membimbing kita semua agar bisa saling mengasihi sesama.

Dikupas dari berbagai sumber dalam artikel Hindu Dharma.

***