Bija adalah benih-benih / inti dari kesucian yang bermakna sebagai kemakmuran dan kadirghayusaan.
- Digunakan setelah sembahyang,
- Sebuah bija diletakan pada tiga tempat di kepala yang dalam lontar siwa guru disebutkan sebagai bhasma inti dari kesucian Bhatara Siwa.
- Bija digunakan dalam banten pejati sebagai benih-benih kesucian dari alam ini.
- Bija sebagai lambang Kumara yang bermakna menumbuh kembangkan benih ke-Siwa-an itu di dalam diri umat sebagaimana disebutkan dalam makna dan tata cara persembahyangan umat hindu, seka truna truni putra sesana,
- Dibuat dari biji beras yang dicuci dengan air atau air cendana.
- Bila dapat diusahakan beras galih, yaitu beras yang utuh tidak patah (aksata).
Dalam upacara pawiwahan, disebutkan bahwa bija juga bermakna sebagai wangsuhpada atau waranugraha untuk kemakmuran dan kadirghayusaan.
Lain halnya dengan Bija ratus yang digunakan sebagai unsur - unsur pembentuk daksina yang digunakan dalam upacara yadnya berisikan campuran dari 5 jenis biji-bijian yang kesemuanya itu dibungkus dengan kraras (daun pisang tua), diantaranya;
- Godem (hitam – wisnu),
- Jawa (putih – iswara),
- Jagung Nasi (merah – brahma),
- Jagung Biasa (kuning – mahadewa) dan
- Jali-jali (Brumbun – siwa).
- Bija untuk di dahi : OM SRIYAM BHAVANTU (Oh Hyang Widhi, semoga kebahagiaan meliputi hamba).
- Bija untuk di bawah tenggorokan : OM SUKHAM BHAVANTU (Oh Hyang Widhi, semoga kesenangan selalu hamba peroleh).
- Bija untuk ditelan : OM PURNAM BHAVANTU, OM KSAMA SAMPURNA YA NAMAH SVAHA. (Oh Hyang Widhi, semoga kesempurnaan meliputi hamba, Oh Hyang Widhi semoga semuanya menjadi bertambah sempurna).
***