Dalam bhakti dan kesucian, hendaknya disebutkan tampilan kulit mestilah cerminan isi.
Ibaratnya,
Dalamnya Laut Bisa diukurDalamnya Hati tiada yang tahuPembalut kulit bisa dilihat dengan mata telanjangTapi Kejernihan pikiran hanya bisa dilihat dengan kata hati yang jernih.
Dalamnya spiritual seseorang hanya mampu dilihat dengan hati dan jiwa yang bersih pula.
Tidak hanya di pura ada mebakti, tapi kesabaran yang tidak terbatas juga adalah mebakti.
- Tidak hanya di pura ada maturan, tapi kesejukan, kedamaian dan ketenangan bathin juga adalah maturan.
- Tidak saja di pura ada upakara, tapi welas asih dan kebaikan tanpa syarat juga adalah upakara.
- Tidak hanya di pura ada meru, tapi tubuhnya sendiri sudah menjadi meru [tempat suci], karena seluruh kehidupannya sudah menjadi bhakti yoga.
Inilah jalan “pulang” menuju kesadaran dan kemahasucian yang tertinggi.
- Orang suci belum tentu berbaju putih-putih, berbaju yogi, pertapa, pandita, pemangku, guru spiritual, dsb-nya.
- Orang suci belum tentu orang yang sudah membaca banyak kitab suci. Orang suci adalah orang yang penuh welas asih kepada semua, kebaikan-nya tanpa syarat dan kesabarannya tidak terbatas, walau apapun yang terjadi. Termasuk disaat dirinya mengalami kejadian buruk seperti dihina, dicaci-maki, disakiti, tidak punya uang, kelaparan, sedang sakit, dsb-nya.
- Orang suci yang sesungguhnya adalah orang yang sanggup mengolah apa saja menjadi dharma.
Leluhur kita menyebutnya sarwa dharma [semuanya dharma].
- Dapat mengolah adharma menjadi dharma.
- Dapat mengolah segala bentuk godaan menjadi jalan pembebasan.
- Dapat mengolah segala bentuk kesengsaraan dan ketidakadilan menjadi berkah spiritual yang tertinggi yang mengantar mereka menuju kesadaran dan kemahasucian.
Badan, pikiran dan perasaan-nya menyatu menjadi kesucian yang sempurna bagi kebahagiaan mahluk lain.
Demikian dikutip dari berbagai artikel Hindu Dharma.
Dan sebagai renungan :
***