Mrana

Mrana artinya gangguan - gangguan yang dapat membawa kehancuran atau penyakit yang dapat menyerang semua mahluk hidup termasuk manusia, binatang dan tumbuhan.
Seperti disebabkan oleh sejenis penyakit bumi, gadgad, wabah yang merajalela, penyakit niskala dll.
Dan adapun untuk menangkalnya yang dalam kepercayaan di Bali disebutkan seperti :
  • Dengan melaksanakan Upacara Nangluk Mrana sebagai ritual penolak bala untuk dapat menangkal atau mengendalikan gangguan - gangguan yang dapat membawa kehancuran atau penyakit pada tanaman.
  • Keberadaan sebuah tugu di sawah berkaitan dengan penelitian ritual nangluk mrana bertujuan untuk menangkal atau mengendalikan gangguan - gangguan yang dapat membawa kehancuran atau penyakit pada tanaman.
  • Dalam Usadha Tantra, ada tips sederhana agar terhindar dari sabsab mrana yang disebabkan oleh virus, yakni menggunakan Brambang (bawang merah), dan kalau bisa hati bawang merah.
    • Cari sebanyak 9 biji sesuai dengan urip Brahma arah selatan aksara BANG dengan karakteristik aksara pelebur.
    • Kemudian, iris kecil-kecil sebanyak empat biji dan sisakan utuh sebanyak 5 biji.
Dalam Lontar Tattwa Loka Kretti (lampiran 5a) terkait dengan penderitaan atman disebutkan :
“yan wwang mati mapendhem ring prathiwi salawasya tan kinenan widhi-widhana, byakta matemahan rogha ning bhuana, haro-haro gering mrana ring rat, atemahan gadgad”
Terjemahan:
“Kalau orang mati ditanam pada tanah, selamanya tidak diupacarai diaben, sesungguhnya akan menjadi penyakit bumi, kacau sakit merana di dunia, menjadi gadgad (tubuhnya)”.
Dan sejalan dengan adanya kepercayaan orang Bali bahwa leyak adalah penyebab suatu penyakit, maka mereka pun memiliki cara-cara tertentu untuk menanggulanginya;
Seperti yang dikutip dalam salah satu Jurnal Antropologi Indonesia, karena itu mereka juga telah dari dulu mengembangkan aneka teknik pencegahan dan perlindungan diri dari sejak zaman kuno.
    • Salah satu bentuknya adalah menjadikan rumah atau komplek perumahan mereka sebagai suatu benteng, yakni dikelilingi oleh tembok atau lazim disebut panyengker
    • Tembok tersebut fungsinya sangat penting, tidak saja sebagai pembatas antara kompleks rumah penduduk yang satu dengan yang lainnya, tetapi juga berfungsi sebagai pencegah masuknya aneka bahaya dan gangguan, baik yang berasal dari ternak, misalnya babi, maupun yang berasal dari kekuatan-kekuatan jahat, termasuk di dalamnya leyak (Atmadja, 1992). 
    • Selanjutnya, untuk memasuki kompleks rumah tersebut orang harus melewati sebuah pintu masuk atau kori. 
      • Persis berhadapan dengan pintu masuk itu terdapat sebuah tembok kecil atau aling-aling yang juga berfungsi untuk menolak atau menghalangi setiap pengaruh jahat yang ingin masuk untuk mencelakakan para penghuninya (Budihardjo, 1986:60). 
    • Selain itu, di dekat pintu masuk atau bisa pula pada halaman paling belakang terdapat sebuah palinggih atau bangunan suci, yaitu Panunggun Karang. Palinggih ini berfungsi sebagai tempat bersemayamnya Ratu Nyoman Pengadangan/Banaspatiraja yang dalam Lontar Usana Bali merupakan kekuatan pelindung dari segala macam penyakit.
***