Kekayaan

Kekayaan adalah "Sekaya" atau Kesugihan" dalam bahasa Balinya.
Dan kata ningrat identik dengan hal-hal duniawi yang berfungsi untuk mencapai tujuan hidup.
Ketika seseorang memiliki banyak uang yang digunakan untuk kebaikan maka hidupnya tentu akan jadi baik....
Namun bila kita tak bijak dengan anugrah itu....jadinya amerta matemahan wisya.

Dalam Niti Sataka sloka 61 sebagaimana dikutip dalam cerita pengembaraan I Japa Tuan disebutkan sebagai berikut:
Bhavanti namrastaravah Phalodgamairnavambubhirbhumivilambino ghanah Anuddhatah satpurusah samrddhibhih Svabhava evaisa paropakarinam
Artinya :
Ibaratnya pohon yang penuh buah semakin merunduk, awan yang penuh air semakin merendah kebumi, demikian juga halnya dengan orang-orang baik yang mendapatkan kekayaan menjadi semakin rendah hati. 
Karena sifat dasar orang baik adalah rendah hati (Somvir, 2005:53-54).
Dalam sloka diatas diuraikan bahwa semakin banyak harta yang dimiliki baik berupa pengetahuan maupun harta benda hendaknya jangan merasa bahwa diri kita paling hebat dan menyombongkan diri, akan tetapi semakin rendah hati karena manusia menolong orang lain, berbagi pengetahuan merupakan sifat dasar orang baik, oleh karena itu setiap manusia perlu belajar menjadi orang baik, ramah, serta tidak menyombongkan diri. 
***
Kekayaan dan kemakmuran disebutkan akan meningkat seperti dikutip dari PujaShiva dalam pengucapan Kubera Mantra berikut yaitu :
Om Yakshaaya Kuberaya
Vaishravanaaya Danadaanyadhi Pathayae
Danadaanya Samruddhimmae
Daehi Daehi Dabhaya Swaha
Dan sebagai bekal dalam perjalanan hidup, kekayaan itu sejatinya dikatakan besar gunanya, namun besar pula godaannya.
Setiap orang boleh mencari kekayaan, baik berupa kesenangan, asal tidak didapat dan dipergunakan untuk hal-hal yang tidak benar.
Karena pengaruh kekayaan, bisa saja orang-orang menjadi tekabur, menjadi sombong dan mengumbar hawa nafsunya, yang semuanya itu dapat bertentangan dengan ajaran agama
Karena terkadang kekayaan itu lebih dihargainya daripada jiwanya sendiri.
Untuk menghindari pengaruh yang demikian itu, setiap orang disebutkan patut memiliki jalan pikiran yang sehat, yang tak tergoyahkan oleh pengaruh-pengaruh yang buruk.
Agama Hindu mewajibkan pemeluk-pemeluknya mempergunakan artha dan kekayaan itu untuk menunjang hidup dan kesejahteraan hidup bersama. 
Patut pula setiap orang menginsapi bahwa kekayaan itu tidak kekal adanya.
Karena orang akan tidak dikenang karena kekayaannya namun orang akan dikenang karena sifat baik atau buruknya atau subha asubha karma nya yang akan mengantarkannya ke alam akhirat kelak. 
Demikian disebutkan dalam etika sebagai dasar pengendalian diri manusia dimana dalam Rg Veda VII, Menyatakan:
Ma sredhata somino daksata mahe krnudhvam raya atute Taranir ij jayati kseti pusyati na devasah kavatnave.
Artinya Wahai orang-orang yang berpikir mulia, janganlah tersesat. Tekunlah dan dengan tekad yang keras untuk mencapai tujuan-tujuan yang tinggi. 
***