Weton

Weton adalah penetapan hari kelahiran berdasarkan atas wariga sebagai pedoman dalam melaksanakan upacara otonan yang dilaksanakan setiap enam bulan sekali.

Akibat kesalah-pahaman dalam menentukan pergantian hari menurut Wariga ini hingga banyak yang salah weton (salah hari otonan) dan ini akan berpengaruh pada “watak sang anak” sebagaimana dikatakan oleh Jro Mangku Suardana, agar tidak salah kaprah, pergantian hari menurut kalender Bali ini disebutkan bahwa :
Karena setiap hari ada peruntungannya dan ada pantangannya. Apalagi kalau terjadi beda Wuku, misalnya, anak yang lahir hari Minggu dini hari menurut Kalender Masehi, seharusnya adalah milik hari Sabtu/Saniscara menurut Wariga. 
Karena antara Sabtu dan Minggu sudah beda Wuku. Perwatakan Wuku sangat beda maka pengaruhnya pun besar.
Misal dicontohkan hari ini, Redite, wuku Ugu. 
Jika ada bayi yang lahir lewat tengah malam nanti, misalnya, pukul 03.00 atau pukul 05.00, maka weton-nya tetap Sabtu (Saniscara) Pon Wuku Ugu. 
Bukan mengikuti hari Minggu (Redite) Wage wuku Wayang. Kalau salah menentukan pergantian hari karena terpengaruh tahun Masehi, dan anak itu ditetapkan weton Minggu Wage wuku Wayang, maka anak itu harus dibuatkan upacara Pangelukatan Wayang dengan runtutan penubahan Wayang Sapu Leger. Padahal seharusnya itu tak terjadi", jelasnya.
Kesalahan penentuan hari otonan (weton) ini sering terjadi dan umumnya kalau keluarganya menyadari kesalahan itu, pada saat weton-nya diadakan Perubahan Weton dan ini banyak dilakukan, upacaranya juga tidak jelimet, hanya menambah beberapa sesajen.

Seperti halnya ditambahkan :

  • Tebasan Pengalang Hati & Air Pancoran yang berfungsi agar terwujud suatu keharmonisan dan keselarasan.
  • Tirtha Wasuhpada Dalang yang digunakan untuk penyucian atau pembersihan.
***