Dina Saniscara adalah hari sabtu dengan urip saptawara = 9, dewanya Sanghyang Wasu. Saniscara merupakan sifat
Durga (baik dan buruk) yang dikendalikan oleh Wasu, dimana wasu
merupakan bagian dari kedelapan dewa yang dikuasai oleh Dewa Wisnu.
Terlahir pada dina saniscara lebih dikarenakan karma wasana pada masa lalunya ia
hidup dipenuhi gejolak suka dan duka (labil).
Dewania Bhatari Durga ; bawaan kelahirannya bersifat dualitas, di mana
sifat buruknya muncul terlebih dahulu atau sebaliknya. Baiknya, suka
menolong orang, namun jeleknya berani jahat kalau dilawan. Sulit
meredakan amarah, caranya hanya dengan menjauhi masalah, bahayanya kalau
diajak berdebat argumentasi, dia tidak akan mau mengalah.
Kelahiran
orang pada hari sabtu adalah berumur pendek (cendek tuwuh). Wayang-nya
Delem, kalau sedang marah tidak perduli ada orang lain, mau pun situasi
dan kondisi (ngawur, tidak kepalang tanggung bicara). Kayu-nya kepuh
rangdu, artinya bertampang sadis atau serem.
Manuk-nya tuhu-tuhu. Firasatnya ada pada mata, suka membaca tingkah laku orang lain, pemerhati aksi orang lain.
Kalanya barong, sukanya sebagai penyelamat
keluarga dan sahabat. Maya-nya bianglalah (pelangi) mempunyai kebiasaan
menghilang, namun muncul pada saat yang tak pernah diduga. Cendrung
labil, artinya sulit ditebak lihainya sebagai pengatur laku, sutradara
kelompok/politik.
Bhuta-nya Raksasa, artinya kurang waspada, banyak
cerobohnya yang menyebabkan dia sakit, sakit hati dan akan menyesal di
belakang hari. Lintang-nya lintang Rhu, dialah sebagai penyebab sakit,
seperti sakit perut kembung (bengkang) atau melilit, badan menggigil,
kepek, pemalinan/ngancuk-ancuk, gatal-gatal, sakit pada kelaminnya. Obat
pametuan, loloh-nya (jamu) juwuk purut, juwuk lengis, isen, kapur,
temupoh, miana cemeng, Ginten cemeng, selasih miyik, yehnya asaban
cendana ; semuanya ditumbuk halus, lalu disaring dipakai loloh.
Boreh pada kaki babakan Tibah, tabya bun, suna jangu, dan beras merah, borehkan terutama pada telapak kaki sampai pada pergelangan kaki. Kalau sakit perut, semburlah pada perutnya dengan don kakap/daun sirih yang sudah tua, buah jebug.
Lulurkan boreh ke seluruh tubuh yang dibuat dari :
babakan ancak, ketumbah bolong, airnya asaban cendana. Kalau sakit
bagian kelaminnya, gunakan babakan kepah, jebugarum, daun nangka hijau,
disangrai (nyanyah) sampai kering, dipakai bubuk/herbal, demikian disebutkan dalam sapta wara pada wariga.
***