Wasu

Wasu (atau Vasu) adalah manusia setengah dewa yang pada zaman dahulu disebutkan dapat tinggal di alam ini dan alam surga yang pada mulanya merupakan putra-putra dari Sang Hyang Dharma yang disebut dengan Astabhasu yaitu delapan dewa bersaudara.
Salah satunya bernama Sang Retabhasu yang pada zaman dahulu meminta kepada Dewi Gangga agar bersedia melahirkannya sebagai putranya.
Terlahir pada dina saniscara yang dikarenakan karma wasana pada masa lalunya, akhirnya mereka hidup dipenuhi gejolak suka dan duka.
Dalam kitab-kitab Purana dan Itihasa, para wasu dipimpin oleh Dewa Indra.
Tersebutlah pada zaman dahulu pada suatu hari sebagaimana diceritakan oleh ariezsaeba, WASU WOLU (ASTABASU/WASU DELAPAN) bersama para istri sedang berjalan-jalan di marcapada, melihat-lihat keasrian alam. 
Pada saat berkeliling melewati hutan hingga sampai kepadepokan Maharsi Wasistha, para Wasu Delapan bersama para istri melihat sosok Lembu Nandini
Bathara Prabasa (Dhayu), yaitu Wasu kedelapan (yang paling muda), berkata kepada istrinya : 
  • “Nandini milik Maharsi Wasisyha ini, memiliki dua kelebihan, yang pertama : dapat menyediakan berbagai macam makanan dan minuman dengan citarasa luar biasa juga dapat menyediakan barang-barang berharga berupa emas, intan,berlian dan perhiasan apapun yang dikehendaki Sang Maharsi. 
  • Kedua : Manusia yang meminum air susu perahan Nandini tak akan dapat menjadi tua, selalu muda selama-lamanya, juga umurnya dapat mencapai hingga 10000 tahun”
Setelah mendengar khasiat air susu perahan Nandini yang begitu menakjubkan, para istri Wasu Delapan lalu berkata : 
“Pukulun, ketahuilah ! hamba memiliki sahabat di marcapada bernama Dewi Jiwati. Hamba sangat menginginkan agar Dewi Jiyati dapat memiliki umur panjang hingga 10000 tahun, agar saya dapat terus menjalani persahabatan ini dengan waktu yang lama. Oleh karena itu, hamba mohon, semoga paduka berkenan menculik Nandini tersebut, untuk hamba berikan kepada Dewi Jiwati, agar supaya dirinya dapat meminum air susu perahanya”.
Karena terdorong dari rasa cintanya yang begitu besar, Wasu Prabasa (Dhayu) menyanggupi apa yang diminta oleh sang istri
Oleh karena itu Wasu Prabasa lalu mengajak ketujuh saudaranya untuk menculik Lembu Nandini. 
Namun niatan Wasu Delapan untuk menculik Lembu Nandini tak terlaksana, karena ketahuan oleh sang pemiliknya. 
Para Wasu pun di-SOT-kan (dikutuk) akan menjelma di marcapada sebagai manusia oleh Maharsi Wasistha. Wasu Delapan pun memelas meminta ampunan kepada Maharsi Wasistha, atau setidaknya memohon diberikan keringanan agar jangan sampai terlalu lama menjadi manusia di marcapada. 
Permintaan para Wasu Delapan pun dijawab oleh Maharsi Wasistha : “7 dari kalian tak akan lama di marcapada sebab dosa kalian tak begitu besar. 
Hanya Prabasa (atau Prabasta) saja yang akan lama menjelma di marcapada, sebab dialah yang memiliki dosa paling besar, berniat dan mengajak untuk menculik Nandini, untuk menuruti kemauan istrinya”.
SOT sang Maharsi Wasistha pun terjadi, para Wasu semua menjelma di marcapada dengan jalan menjadi putra Prabu Sentanu, yang dilahirkan oleh permaisuri Dewi Gangga. Sang Dewi melahirkan seorang putra pada tiap tahunnya, namun setiap kali melahirkan seorang putra selalu ia buang ke sungai Gangga pada hari itu juga. Begitu seterusnya hingga kelahiran putranya yang ketujuh. 

Pada saat melahirkan putra yang kedelapan Dewi Gangga pun mengalami Seda Kunduran (meninggal pada saat melahirkan) namun jabang bayi tetap hidup. 
Jabang bayi tersebutlah yang dikemudian hari bernama Dewabrata atau Resi Bhisma, penjelmaan dari Wasu Dhayu atau Prabata. 
Resi Bhisma itu umur sangat panjang, lahirnya bersamaan dengan kelahiran Maharsi Wiyasa (Abhiyasa), sedangkan kematiannya terjadi ketika dalam perang Bharatayuda.

Menurut Adiparwa berbahasa jawa-kuno, Wasu Wolu atau Wasu Delapan itu putra dari Bathara Dharma

Hal tersebut dijelaskan dalam UKARA (kalimat) yang berbunyi :
“Hana Astabasu ngaran ira, dewatanak Sang Hyang Dharma, patunggalan I ngaranira Sang Dhara, Sang Dhruwa, Sang Soma, Sang Apah, Sang Anila, Sang Anala, Sang Pratyangca, Sang Prabhasa”. 
Artinya : “ Ada yang disebut Astabasu (Wasu Wolu), Para Dewata anak dari Sang Hyang Dharma, 
Nama mereka satu-persatu yaitu : Sang Dharma, Sang Dhruwa,………………. Dan seterusnya.
***