Dewa Brata

Dewa Brata adalah penitisan kembali Sang Retabhasu menjadi manusia ke dunia sebagaimana tersebut dalam kisah Dewi Gangga agar dapat terlahir menjadi putraNya.
Atau juga disebut penjelmaan Prabata sebagai salah satu wasu yang dikutuk menjadi manusia yang paling lama berada di dunia.
Dalam cerita populer, Beliau diceritakan terlahir sebagai putra dari Dewi Gangga dan Raja Santanu yang pada nantinya karena sebuah sumpah, beliau akhirnya berganti nama menjadi Bhisma.
Dia adalah bayi kedelapan yang diselamatkan Sentanu. Setelah memberikan pengakuan itu, Dewi Gangga mengatakan dia akan pergi dengan membawa bayi ke delapan. 
"Aku akan mengasuhnya karena dia butuh kasih sayang seorang ibu. Nanti kalau sudah besar dia akan ikut denganmu," katanya kepada Sentanu.
Anak Sentanu itu kemudian diberi nama Dewa Brata. Sejak kecil ia dididik dengan latihan kemiliteran dan moral oleh Resi Parasurama sehingga ketika remaja tumbuh menjadi seorang ksatria yang tangguh. 
Raja Sentanu menjemput Dewa Brata dan membawanya ke istana. 
Dan Raja Sentanu pun kemudian menobatkan Dewa Brata sebagai pewaris kerajaannya.
Ketika Dewa Brata sudah menjadi seorang pemuda, lagi-lagi Sentanu tersandung masalah wanita. Ketika sedang berburu di daerah pantai ia menemukan seorang wanita cantik bernama Setyawati,
anak raja yang bernama Dasabala.
Ia pun minta izin Dasa untuk menikahinya. 
Tapi Dasa memberikan persyaratan berat yang membuat Sentanu gundah. Ia boleh menikahi anak Dasa asal anak Setyawati itu kelak akan mendapatkan hak waris tahta kerajaan.
Karena sudah terlanjur memberikan hak waris pada Dewa Brata, Sentanu kembali ke istana dengan perasaan gundah. 
Kegundahan itu ditangkap oleh Dewa Brata dan iapun melakukan penyelidikan karena ia mendapatkan pesan dari Dewi Gangga dalam suatu pertemuan bahwa sebagai anak jangan sampai membiarkan ayahnya mengalami kesedihan.
Setelah mengetahui masalahnya Dewa Brata, berangkat ke sungai Yamuna.
Ia mewakili ayahnya untuk melamar puteri Dasabala, Setyawati atau disebut juga Gandhawati,
yang sangat diinginkan ayahnya. Ia memenuhi segala persyaratan yang diajukan
Dasabala. 
Ia juga bersumpah tidak akan menikah seumur hidup dan tidak akan meneruskan tahta keturunan Raja Kuru agar kelak tidak terjadi perebutan kekuasan antara keturunannya dengan keturunan Gandhawati.
Sumpahnya disaksikan oleh para Dewa dan semenjak saat itu, namanya berubah menjadi Bisma. 

Akhirnya Prabu Santanu dan Dewi Gandhawati menikah lalu memiliki dua orang putra bernama Citrānggada dan Wicitrawirya.
Prabu Santanu wafat dan Bisma menunjuk Citrānggada sebagai penerus tahta kerajaan Hastinapura.