Nafsu

Nafsu adalah keinginan untuk mendapatkan kesenangan dan kepuasan diri.

Oleh karena pikiran itu merupakan asal nafsu dan asal mulanya perbuatan yang baik maupun yang buruk, maka dari itu usahakanlah pengendalian pikiran itu dari sekarang juga. 
Jadi singkatnya pengendalian pikiran dan nafsu itulah factor terpenting didalam kehidupan manusia.
“Apan ikang manah ngaranya ya ika witning indriya, maprawreti ta ya ring Çubhãçubha karma, matangnyan ikang manah juga prihen kakretannya sakareng”
(Sarasamuscaya,VII,86 | Media Agama Hindu, Tat Twam Asi
Dan ketika elemen nafsu yang menampilkan fungsinya secara benar, maka akan menunjukkan kebajikan karakternya, yakni kendali diri. 
Seperti yang dikatakan oleh Plato dalam mewujudkan ide tentang kebahagiaan.
Selengkapnya juga dalam mengendalikan sad ripu dengan kitab Sarasamuscaya disebutkan ;
Mritye janmanor’thaya jayante maranaya ca, na dharmatam na karmatham trnaniva prthagjanah.
Apan purih nikang prthagjana, tan dharma, tan kama, kasiddha denya, nghing matya donyan ahurip, doning patiya, nghing hanma muwah, ika tang prthagjana mangkana kramanya, tan hana patinya ide nika, taha pih, tan hana pahinya lawan dukut, ring kapwa pati doning janmanya, janma doning patinya.
Hidup tidak hanya boleh seperti rumput yang tumbuh hanya hidup untuk menuju kematiannya sendiri. 
Namun paling tidak menjadi manusia yang memiliki kegunaan, salah satu caranya yaitu dengan mengendalikan nafsu tersebut. Bukan sebagai manusia yang hanya menunggu mati saja.
Menahan nafsu itu pula disebutkan sebagai pengekangan pikiran. Karena nafsu berasal dari pikiran itu sendiri.
Mano hi mulam sarvesamindrayanam pravartate, subhasubhasvavashtasu karyam tat suvyavasthitam.
Apan ikang manah ngaranya, ya ika witning indriya, maprawrtti ta ya ring subhakarma, matangnyan ikang manah juga prihen kahrtanya sakareng.
Sebab pikiran itu adalah sumbernya nafsu yang menggerakkan perbuatan yang baik atau pun buruk; oleh karena itu, pikirkanlah yang segera patut diusahakan pengekangannya/ pengendaliannya.
Mereka dengan terkendalinya nafsu, ialah orang yang tidak akan tersesat pada suatu jalan kebenaran dan mereka yang memiliki harta berharga yaitu kesabaran hati.
Sebagi tambahan, beberapa hal yang dapat dilakukan untuk dapat mengendalikan nafsu juga disebutkan sebagai berikut :
  • Kuasailah sifat krodha kemarahan dan nafsu angkara itu dengan teguh dalam penyucian jiwa. 
    • Angkara murka dilenyapkan dengan menyucikan hati; 
    • Kedengkian dilenyapkan dengan kebahagiaan; 
    • Pengetahuan dari kitab suci akan membinasakan ego; 
    • selanjutnya jagalah pikiran, perkataan dan perbuatan dengan selalu mawas diri;
  • Diperlukan pemahaman lebih mendalam tentang upasthanigraha untuk dapat mengendalikan nafsu birahi.
  • Karena pada dasarnya, hanya sepasang suami-istri yang sah dengan jalan mengadakan pawiwahan yang bisa melakukan hubungan intim begini untuk dapat melahirkan anak yang suputra sebagai tujuan ideal dari setiap perkawinan yang sah.
Manacika tanpa dicemari oleh hawa nafsu disebut citta yang dibentuk dan berperan dalam Tri Antah karana sarira dan dasa indria sehingga juga perlu dikendalikan yaitu dengan :
Melatih samadhi pada malam siwaratri dengan beryoga dan mengendalikan nafsu-nafsu lainnya, sebagai ketentraman jiwa, seperti makna yang terkandung dalam tujuan dan manfaat sembahyang, karena apapun yang ada pada diri kita sebagai tujuan dari nafsu itu disebutkan tidak ada yang kekal, semua pada akhirnya satu persatu atau bersama-sama juga akan pergi terpisah dengan diri kita.
***