Pada zaman dahulu, Plato dan muridnya bernama Aristoteles pernah berkata bahwa peradaban manusia telah muncul dan lenyap berkali-kali dimasa silam dalam perjalanan sang waktu.Dalam bukunya berjudul “Critias”, Plato mengutip kata-kata seorang pandita Mesir kepada Solon,
“Banyak peradaban telah lenyap dimasa lalu, dan nanti akan terjadi lagi kehancuran peradaban manusia karena berbagai sebab”.
Seperti halnya menurut Veda,
Dimana dikatakan pada zaman dahulu, peradaban manusia hancur karena sifat rajas (kenafsuan) dan tamas (kegelapan) mendominasi kesadaran penduduk sehingga mereka berperangai buruk dan jahat (asuri-sampad).
Akibatnya, kegiatan pemuasan indriya mereka yang berlebih-lebihan merusak Bumi tempat tinggalnya sendiri.
Mereka saling bermusuhan dan berkelahi (berperang) dalam ikhtiarnya menikmati kesenangan duniawi sepuas-puasnya.Filsafat Plato dalam pendidikan agama Hindu Dharma yang terkenal juga sebagai gambaran untuk mencapai idea kebahagiaan di dunia ini yaitu :
Ketika fungsi-fungsi akal terpenuhi sebagai pengendali elemen jiwa lain, maka akal akan menampilkan kebajikannya, yakni dalam bentuk kebijaksanaan.
Pada saat elemen roh menunjukkan fungsi kebencian, ambisi, maupun heroiknya dalam batas-batas tertentu, maka elemen ini menunjukkan bentuk keberanian.
Berani dalam cinta, perang, maupun dalam persaingan.
Elemen nafsu yang menampilkan fungsinya secara benar, maka akan menunjukkan kebajikan karakternya, yakni kendali diri.
Yaitu dengan menjaga kepuasan jasmaniah pada batas-batasnya. Keseimbangan ketiga karakter kebajikan tersebutlah yang mampu mengantar pada ide kebahagiaan sebagai tujuan hidup di dunia ini sebagaimana dikatakan :
"Sebuah pertanggungjawaban merupakan prospek yang dihadapi dengan berani oleh orang baik, tetapi dengan rasa takut yang hebat oleh orang jahat".
***