Pelinggih (sanggah) Surya

Pelinggih (sanggah) Surya adalah stana dari Bhatara Surya atau Siwa Raditya yang menjaga kestabilan dan keseimbangan dalam pekarangan rumah.

Biasanya berbentuk seperti padmasana yang berada ditengah natah rumah yang pada umumnya di Bali disebut dengan :
  • Pelinggih pengijeng karang; sebagai penjaga.
  • Suryan natah; yang menyinari.
Pelinggih ini sebagai simbolis yang digunakan untuk menghaturkan sesaji yang dipersembahkan kepada Bhatara Surya (Dewa Matahari). Sang hyang Surya / Siwa Raditya sebagai saksi segala kegiatan manusia khusunya ritual yadnya. Dalam hal ini di sinyalir adanya pengaruh sekte Sora (Surya) dalam pendirian pelinggih Surya.
  • Sistem pemujaan Dewa Matahari disebut Surya Sewana dilakukan pada waktu matahari terbit dan matahari terbenam menjadi ciri penganut Sekte Sora. 
  • Pustaka lontar yang membentangkan Surya Sewana ini juga terdapat sekarang di Bali. 
Selain itu yang lebih jelas lagi, setiap ritual agama di Bali selalu dilakukan pemujaan terhadap Dewa Surya sebagai dewa yang memberikan persaksian bahwa seseorang telah melakukan yadnya. 
  • Busana yang digunakan atau Wastra yang digunakan dalam pelinggih Surya yaitu: kain berwarna putih. Makna warna kain putih sebagai simbol kesucian. 
  • Bebantenan atau upakara yang dipersembahkan di pelinggih Surya yaitu Tegteg Daksina dan runtutannya canang ketipat kelanan.
Bukti dari kristalisasi sekte ini dalam Siwa Siddhanta yang masih kita dapat lihat lainnya yaitu penggunaan sebuah mantra yang mengagungkan Dewa Siwa Raditya dalam Kramaning Sembah. Adapun bunyi mantra tersebut, seperti dibawah ini.
Om Adityasya param jyoti
rakta teja nama'stute
sweta pankaja madhyastha
bhaskaraya namo'stute
Terjemahan :
Ya Tuhan, Sinar Hyang Surya (Raditya) yang maha hebat. Engkau bersinar merah, hamba memuja engkau. Hyang Surya yang berstana di tengah-tengah teratai putih. Hamba memuja engkau yang menciptakan sinar matahari berkilauan.
***