Paon

Paon atau Pewaregan adalah dapur dalam bahasa Balinya yang berfungsi sebagai tempat memasak dimana pelangkiran yang ada disebutkan sebagai stana Bhatara Brahma yang dalam naskah lontar disebutkan :
  • Dapat melebur hawa negatif yang ditimbulkan oleh mahluk alam bawah.
  • Berkaitan dengan hal tersebut sebagai usaha untuk penyucian diri yaitu sauca yang dilaksanakan di dapur dalam lontar Wariga Krimping disebutkan bahwa :
    • Dewi Saraswati yang merupakan sakti dari Dewa Brahma sebagai dewa yang memberikan penyucian diri.
    • Ketika seseorang mengalami sebel/cuntaka setelah melakukan upacara Pitra Yajna dapat memohon panglukatan kepada Dewa Brahma di pelangkiran dapur.
  • Dalam lontar Dharma Kahuripan dan lontar Puja Kalapati, bahwa tahapan upacara metatah disebutkan, dalam rangka magumi padangan, Upacara ini juga di sebut mesakapan kepawon dan dilaksanakan di dapur.
Dalam pertamanan tradisional Bali berlandaskan unsur satyam, siwam, sundaram, relegi dan usada juga disebutkan pula :
  • Tanaman untuk keperluan dapur dan tanaman obat-obatan untuk keluarga (toga) biasanya ditanam di dekat dapur.
  • Pohon kelor (Moringaoleivera L) sebagai penangkal dan menghancurkan kekuatan negatif.
  • Tanaman buah-buahan sebaiknya ditanam di areal “teba” (tegalan) dekat dapur atau di bagian luar natah lainnya.
Selain sebagai tempat memasak atau pun tempat makan ternyata dapur juga disebutkan dalam salah satu TS, Paguyuban Hindu juga dapat menetralisir ilmu hitam atau pun butha kala yang mengikuti sampai ke rumah. 
Oleh karena itu, anggota keluarga yang berpergian hendaknya mengunjungi dapur terlebih dahulu sebelum ke bangunan utama rumah ketika sudah pulang/ datang dari luar. 
Dahulu pernah kejadian dalam suatu rumah ...yang penghuninya tidak ke dapur terlebih dahulu ketika sampai di rumah. 
Alhasil, bhuta kala atau segala ilmu hitam mengikutinya sampai di dalam kamar. Sampai akhirnya penghuni rumah tersebut mengalami perasaan tidak tenang (seperti dihantui) dan tiba-tiba jatuh sakit tanpa sebab yang pasti. 
Hal tersebut menandakan bahwa, terkadang kita tidak mengetahui bahwa, seperti orang Bali katakan, jalanan yang manusia gunakan juga dilalui oleh mahluk niskala (gaib). 
Namun, pada dasarnya manusia tidak semuanya dapat melihat mahluk gaib tersebut, karena hanya orang-orang tertentu yang memiliki indera keenam yang dapat melihatnya. 
Tidak jarang juga mahluk gaib itu mengikuti manusia ketika dalam perjalanan sampai ke rumah sehingga perlu adanya upaya untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Seperti halnya dalam pelaksanaan upacara yadnya juga disebutkan :
  • Ngelukat Bobotan untuk melenyapkan atau melebur segala noda kotoran (leteh) suatu kandungan. 
  • Pangelepas Awon untuk bayi berumur 12 tahun. 
  • Dengan Banten pacolongan untuk upacara kambuhan untuk membebaskan dari pengaruh-pengaruh negatif tri mala yang bertujuan untuk tegaknya hati nurani kembali.
  • Ngidu merupakan sebuah istilah dalam bahasa Bali yang memiliki pengertian suatu aktivitas duduk-duduk didekat bungut paon atau di depan tungku dapur yang bertujuan untuk menghangatkan tubuh.
  • Daftar kebasa (bumbu dapur Bali) dalam terjemahn bahasa Indonesianya, seperti garam = uyah, daun salam = janggar ulam dll..
***