Sarwa Pala adalah hasil bumi yang berasal dari berbagai jenis tumbuhan yaitu :
- Pala Bungkah & Pala Gantung;
- Pala bungkah (umbi-umbian seperti ketela rambat),
- Pala Gantung (misalnya kelapa, mentimun, pisang, nanas dll),
- Pala Wija (seperti jagung, padi dll)
Sehingga dalam pembuatan tetandingan banten itu dipergunakanlah seluruh isi alam sebagai perwujudan dari alam ini.
Dalam mengembangkan kehidupan tumbuh-tumbuhan yang telah ditakdirkan atau yang terlahirkan diperlukan guru sebagai guru sejati agar terjadi keseimbangan.
Dewa Mahadewa juga diberi gelar Ratu Hyang Tumuwuh untuk menjaga keterpaduan Tri Chanda yaitu air, udara dan tumbuh-tumbuhan di bumi ini.
Agar semua alam tersebut terpadu adanya, sebagai langkah awal umat mohon tuntunan Tuhan sebagai Sang Hyang Tumuwuh.
Karena Tuhanlah sebagai maha pencipta semua unsur alam tersebut.
Barang siapa yang dalam hidupnya senantiasa memelihara dan menjaga kelestarian alam (Bhuta Hita Ratah) maka ia akan mencapai surga (Brahman Nirwana).
Sesungguhnya dalam ajaran Hindu kegiatan hidup yang senantiasa menjaga kelestarian dan keharmonisan alam ini yaitu dengan melaksanakan Bhuta Yadnya yang berpedoman pada ajaran Bhuta Hita agar dapat mensejahterakan alam lingkungan yang dibangun dari unsur-unsur Panca Maha Bhuta
sebagaimana yang tertuang dalam ajaran sad kerti untuk menjaga hubungan kesucian dan keseimbangan alam ini secara sekala dan niskala.
Dengan pemujaan Tuhan sebagai Sang Hyang Ananta Bhoga juga memiliki makna untuk memotivasi umat manusia agar senantiasa memelihara kelestarian tanah agar terus-menerus menjadi sumber berkembangnya tumbuh - tumbuhan sebagai bahan makanan dan bahan obat-obatan secara terus-menerus atau ananta bhoga.
Hal ini seharusnya memotivasi umat manusia untuk tidak mengusik kelestarian tanah sebagai tempat tumbuhnya sarwa pala wija ini.
***