Sang Hyang Naga Anantabhoga yang dalam pengertiannya disebutkan :
Karena kehidupan manusia membutuhkan tiga jenis kebutuhan pokok yaitu :
Karena kehidupan manusia membutuhkan tiga jenis kebutuhan pokok yaitu :
- Bhoga artinya makanan,
- Upabhoga artinya sandang dan
- Paribhoga artinya rumah dengan segala perlengkapannya.
- Bebaturan Merajan; palinggih Bhatara Ananthaboga dengan Bhiseka Saptapetala, yaitu sakti Sanghyang Pertiwi, kekuatan Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam menguasai bumi.
- Meraga Panca Maha Mertha yang dalam Tri Mandala Pura Besakih disebutkan dipuja di Pura Bangun Sakti.
Sebagai sumber makanan yang tidak habis-habisnya atau terus-menerus, pemujaan Tuhan dalam pusaka guru di Pura Bangun Sakti tersebut dijelaskan juga memiliki makna :
- Untuk memotivasi umat manusia agar senantiasa memelihara kelestarian tanah agar terus-menerus menjadi sumber berkembangnya tumbuh - tumbuhan sebagai bahan makanan dan bahan obat-obatan secara terus-menerus atau ananta bhoga.
- Hal ini seharusnya memotivasi umat manusia untuk tidak mengusik kelestarian tanah.
Naga Anantabhoga yang juga disebut dengan Antaboga atau (Anantaboga; Ananta Bhoga) dalam representasi gambaran alam pada perwujudan arsitektur padmasana di bali sebagai simbolisasi dari elemen tanah atau bumi pertiwi yang menjadi sumber abadi segala makanan bagi kemakmuran, kekayaan dan kesejahteraan semua makhluk hidup di bumi ini dalam beberapa kisah disebutkan sebagai berikut ini :
- Dalam kisah jaman bahari nusa Bali,
- Naga ini datang sebagai penyelamat tepatnya pada hari Kamis Keliwon wuku Merakih, sasih kedasa (April) bulan mati (tilem), rah 1, tanggek 1, tahun Caka 11 tatkala Bali dan Lombok masih berkeadaan goncang bagai perahu diatas lautan selalu goyang dan oleng,
- Sehingga disebutkan "Sang Anantabhoga dan Naga Basuki menjadi tali dan Si Badawang nala diperintahkan diam bertahan di pangkal gunung itu".
- Begitu pula dalam mitologi pemutaran gunung mandara giri, yang menceritakan proses perebutan tirtha amertha,
- dimulai dengan pematahan Gunung Mandara tersebut dari dasarnya yang dilakukan oleh Naga Anantabhoga yang selanjutnya Naga Basuki mengambil peran sebagai “tali” yang membelit patahan Gunung Mandara yang akan dijadikan sebagai “tongkat raksasa” pengaduk Ksirarnawa.
Dengan mengingat hal tersebut diatas, maka sampai saat ini masyarakat Bali menggunakan Ananta bhoga tersebut dalam makna perayaan hari rayanya seperti :
- Penggunaan pada penjor sebagai simbol gunung yang memberikan keselamatan dan kesejahteraan.
- Naga Anantabhoga pada motif hias ukir - ukiran pada padmasana disebutkan sebagai simbol kemurahan akan sandang, pangan dan papan yang tidak akan habis-habisnya.
- Kahyangan Sang Hyang Naga Anantabhoga sebagai perlambang kekayaan yang dalam Tri Mandala Pura Besakih disebutkan di Pura Bangun Sakti, meraga Panca Mahamertha.
- dll
***