Catur Paramita

Catur Paramita adalah empat bentuk budi pekerti yang luhur dalam prilaku baik / subha karma, yaitu meliputi :
  1. Maitri, berbudi luhur. 
  2. Karuna, belas kasihan atau kasih sayang, yang merupakan bagian dari budi luhur, yang menghendaki terhapusnya penderitaan segala makhluk. 
  3. Mudita, sifat dan sikap menyenangkan orang lain. 
  4. Upeksa, sifat dan sikap suka menghargai orang lain. 
Catur Paramita ini juga merupakan tuntunan susila yang membawa manusia kearah kemuliaan.

Dahulu sebagai penegak dharma, Sang Sutasoma juga dianggap sudah melaksanakan Catur Pàramita ini dengan baik itu sebabnya sang Dewi Durgà menghaturkan hormat kepada Sang Sutasoma yang dalam sumber kutipan Itihasa Sutasoma diceritakan,
Pada saat itu sang Sutasoma menyatakan diri siap menjadi persembahan caru untuk Bhatara Kàla karena beliau merelakan kematiannya demi membantu orang lain, atas sikap itu sang Purusàdha menangis tiada henti serta memohon keinginannya itu tidak dilakukan. 
Karena jumlah caru 100 raja itu sudah dipenuhi sang Sutasoma tetap pada pendiriannya. Sampailah beliau sang Sutasoma berhadapan dengan Bhatara Kàla, di hadapan Bhatara Kàla, 
Sang Sutasoma menyatakan kesiapannya sebagai caru asal semua tawanan bisa dilepaskan. Bhaþþara Kàla menyanggupi dan semua raja yang menjadi tawanannya dilepaskan. 
Para tawanan itu menghormat kepada sang Sutasoma, karena kasih sang Sutasoma semua raja yang tadinya lemas karena disiksa menjadi sehat. Di ceritakan sang Sutasoma betul-betul tulus menjadi tetadahan/makanan Bhatara kàla. Bhatara Kàla tiba-tiba memasukkan tubuh sang Sutasoma ke mulutnya. 
Baru kaki sang Sutasoma menyentuh perut Bhatara Kàla, sepertinya Bhatara Kàla merasakan kecipratan tìrtha amårta yang sangat menyejukkan. Tìrtha ini membuat Bhatara Kàla timbul niat beliau melakukan Catur Pàramita, sehingga beliau tidak bisa melanjutkan menelan Sutasoma.
Kejadian ini membuat sang Sutasoma bertanya kenapa Bhatara Kàla tidak melanjutkan menelan dirinya. Bhatara Kàla tidak menjawab, justru balik bertanya kenapa kamu rela saya makan? 
“Ratu Bhatara Kàla, benar saya rela menyerahkan diri karena saya tidak pernah gentar pada kematian, saya tidak pernah takut pada ràksasa apalagi manusia. 
Yang paling saya kawatirkan perbuatan-perbuatan jahat yang tentu membawa ke alam neraka
  • Perbuatan yang mengakibatkan neraka seperti perbuatan Bhatara Kàla lakukan yang selalu mengadakan peperangan, selalu melakukan himsa karma.
  • Permintaan saya, 
    • "agar ratu menghentikan perbuatan-perbuatan jahat itu”. 
Mendengar ucapan Sutasoma, Bhaþþara Kàla betul-betul menghormat dan memohon agar dirinya bisa diangkat menjadi murid / sisya
Setelah sang Sutasoma memberi nasihat pada semua muridnya, kemudian beliau berkehendak pulang ke Astina. 
Sang Sutasoma tidak lupa memohon kepada Bhatara Indra agar mau menghidupkan orang-orang yang ikut perang melawan sang Purusàdha. 
Dan Bhatara Indrapun melakukannya. Semua perajurit raja serta tumbuh-tumbuhan menjadi kembali segar bugar seperti sedia kala.

***