Rahim

Rahim adalah tempat dimana proses terbentuknya janin dalam kehamilan sang ibu.

Dalam Kanda Pat Rare disebutkan bahwa janin di dalam rahim itu sendiri sangat memerlukan yeh nyom karena berfungsi antara lain : 
  • Menjaga supaya jangan sampai ada perlekatan antara amnion dengan janin, 
  • Menjamin janin dapat tumbuh dengan sempurna, 
  • Menjaga agar tali pusar (ari-ari) tidak mudah tertekan oleh janin, dan perlindungan buat janin jika ibu terbentur atau mendapat pukulan dari luar.
Dalam Agama Hindu (ref) dijelaskan bahwa masuknya atmān dalam kandungan (garbha) disebutkan :
Karmana daiva netrena jantur dehopapattaye stryah pravista udaram pumsa retah kanasrayah, Bhagavata Purana 3.31.1. Artinya :
Di bawah pengawasan Tuhan Yang Maha Esa dan sesuai dengan perbuatan (karma) nya, sang makhluk hidup (jīva) dimasukkan ke dalam rahim sang ibu (oleh para Deva pengendali urusan material dunia fana) melalui mani sang ayah untuk memperoleh badan jasmani baru tertentu, Sang Jiwa memperoleh badan jasmani dan tumbuh berkembang dalam rahim sang ibu. 

Bhagavata Purana 3.31.2- 4 dan 10 menyebutkan :
Dengan memperoleh gizi dari makanan dan minuman yang di-konsumsi si ibu, sang jiva dalam janin tumbuh didalam rahim sang ibu, tetapi dalam kondisi sengsara karena: 
  • Ia tinggal dalam rahim ibu bagaikan seekor burung dalam sangkar yang tidak bisa bergerak bebas. 
  • Ia tinggal dalam rahim ibu yang bagaikan ruangan amat sempit. 
  • Ia tinggal dalam rahim ibu yang amat panas dan menyesakkan. 
  • Dan ia merasakan seluruh tubuhnya seperti terpanggang oleh panasnya api pencernaan si ibu. 
Sang janin tidak sadarkan diri dari waktu ke waktu karena sangat menderita seperti itu. Ia tiada henti merasakan derita akibat dari makanan si ibu yang terlalu pahit, terlalu pedas atau terlalu asin atau asam. Ia benar-benar secara pisik terbelenggu/terkungkung tanpa kebebasan sedikitpun dan tanpa daya di dalam rahim dengan kepala merunduk ke arah perut. Punggung dan lehernya melengkung bagaikan busur. 

Bhagavata Purana 3.31.5-8 menyebutkan, Sang makhluk hidup yang menderita dalam rahim si ibu cukup beruntung, maka ia bisa mengingat segala penderitaan yang dialaminya dalam seratus kali penjelmaannya yang telah lewat. 

Dalam derita diikat oleh tujuh lapis materi (5 unsur materi kasar panca maha bhuta + pikiran dan kecerdasan), si bayi berdoa kepada Tuhan (Ida Sanghyang Widhi) yang telah menempatkan dirinya dalam kondisi demikian. 

Ia menyatakan diri hanya berlindung kepada Tuhan dalam beraneka-macam inkarnasi-Nya. 
Ia sadar sebagai jiva spiritual abadi yang kini dicengkram maya dan berulang-kali sujud kepada Tuhan dalam aspek Beliau sebagai Paramatma
Ia tahu bahwa dirinya terpisah dari Tuhan karena terperangkap dalam badan jasmani sehingga salah menggunakan hidupnya. Ia sadar bahwa dirinya kini menderita di alam material karena melalaikan Beliau yang manjadi penguasa segala sesuatu. Ia berharap agar bisa kembali berhubungan dengan Tuhan Krishna dalam pelayanan bhaktikepada-Nya. Ia berjanji akan kembali berserah diri kepada Nya agar bebas dari segala macam derita. 

Bhagavata Purana 3.31.9 – 16 disebutkan Dalam kondisi Terendam dalam genangan darah yang kotor dalam perut sang ibu, si bayi sangat ingin segera keluar dari rahim. 

Ia menghitung-hitung berapa bulan sudah diri nya berada dalam kondisi amat menyengsarakan seperti itu. Ia berkata,
”O Tuhanku, kapankah hambamu ini, sang jiva yang sengsara, akan bebas dari kurungan derita ini?”. 
Dan ia juga berdoa bahwa atas karunia Tuhan, ia menyadari betul kondisi dirinya begitu menderita meskipun baru berusia 10 (sepuluh) bulan dan Ia bersyukur karena telah diberikan badan jasmani manusia, sehingga bisa menginsyafi diri (sebagaijiva abadi rohani, pelayan kekal Tuhan). 

Ia berkata tidak mau keluar dari rahim sang ibu meskipun sangat menderita di dalamnya, sebab ia takut jatuh lagi ke dalam sumur gelap kehidupan material. “Tenaga material-Mu maya akan segera menangkap diriku, sehingga hamba menjadi tidak insyaf diri lagi begitu lahir kedunia fana, begitu ia berkata kepada Tuhan. “Paham ke-AKU-an palsuku akan seketika menyelimuti diriku yang merupakan awal dari siklus kelahiran dan kematian (samsara) yang menjerat diriku”. 

Ia pun berjanji, dengan bantuan kecerdasannya yang suci, akan selalu ingat pada kaki padma Tuhan agar bebas dari gelapnya kehidupan material dan siap lahir ke dunia fana. 

Bhagavata Purana 3.31.17- 21 menyebutkan Saat sang Jiva berdoa demikian, angin yang menyebabkan proses kelahiran mendorongnya ke depan dengan kepala menghadap ke bawah. Sang bayi lahir keluar rahim dalam kesusahan amat besar dengan kepala mengarah kebawah tanpa berbernafas dan pingsan akibat penderitaan bukan kepalang. 

Di dunia fana, si bayi diasuh oleh orang-orang yang tidak memahami keinginannya, tidak mampu menolak apa saja yang diberikan kepada dirinya, dibaringkan di tempat kotor, dan ia tidak bisa menggaruk tubuhnya untuk meniadakan rasa gatal, apalagi duduk,berdiri dan berjalan. 

Di dunia fana, si bayi yang kulitnya masih amat lembut dan halus, tidak berdaya digigit kutu, agas, nyamuk dan binatang kecil lain. Ia telah kehilangan kearifan berpikir, lupa pada hakekat dirinya sebagai sang jiva rohani abadi (karena dikhayalkan oleh maya) dan menangis dengan sangat memilukan.
***