Kematangan Jiwa

Kematangan jiwa disimbolkan dengan sifat-sifat kedewasaan.

Kedewasaan hidup itu mirip buah mangga,
Diawal akan hadir rasa pahit, setelahnya asam dan puncaknya ketika mangga mulai matang, rasa manis akan dirasa.

Terkadang manusia melihat buah yang matang di atas pohon. 
Pikiran menginginkan buah itu, namun pikiran tidak bisa mendapatkannya dengan sendirinya. 
Kaki membawanya semakin dekat dengan pohon itu. 
Tubuh membungkuk dan tangan mengambil sebuah batu, bahu melemparkan batu itu pada buah yang kemudian buah itu jatuh. 

Buah itu harus diambil oleh jari-jemari, kemudian dibawa ke mulut, gigi harus menggigit dan mengunyah buah itu dengan baik, lidah harus bertugas untuk membawanya ke dalam perut. 

Proses makan sudah selesai. 

Namun itu tidak mengakhiri cerita tentang keinginan akan buah tersebut.

Manusia dengan memiliki panca indera, semuanya dapat dilakukan, dikenali dan dirasakan.

Itulah sebuah proses yang dalam filosofi Tri Kaya Parisudha dikatakan; 
Segala bentuk prilaku yang bersumber dari pikiran, perkataan dan perbuatan hendaknya disebutkan perlu disucikan untuk mendapatkan pahala yang lebih baik.

Jika sang diri sudah bebas sepenuhnya dari sad ripu dan sapta timira, maka kita bisa menjadikan sang diri sebagai guru sejati, 
Tetapi sudahkah sang diri bebas sepenuhnya?

Dalam sebuah renungan kedewasaan Hindu Dharma dikatakan bahwa :
Kedewasaan itu tidak bisa diukur dari usianya atau umurnya melainkan dari cara berpikir yang bijak serta mampu bersikap lebih bijak dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dan tidak emosional dalam menghadapi masalah.
Anak muda yang kuat kendali emosinya lebih dewasa dari pada orang tua yang marahnya muntab,/norak abis.

Maka dari itu, 
kita akan lebih dewasa ketika kita mau belajar dari kesalahan yang ada dari pada terus mencari alasan untuk menyangkalnya.

Dewasa tak selalu menuntut kita berubah, tapi perubahan yang baik selalu menuntut kita untuk lebih dewasa,.

Apapun yg sedang kita hadapi,
itulah proses belajar menjadi lebih bijaksana dan dewasa.

Dalam kitab Wedanta disebutkan; 
Rambut beruban bukanlah cerminan kematangan jiwa seseorang.

Maka dari itu, 
Hidup ini dikatakan sebagai proses pembelajaran diri dan kedewasaan untuk kematangan jiwa.

Dan jadilah "murid kehidupan" dengan selalu belajar bersyukur & mengambil hal yang positif dari setiap peristiwa yang kita hadapi.
***