Hubungan Brahman & Atman

Hubungan Brahman & Atman adalah sangat erat sebagai dasar meyakini Hindu disebutkan ibaratnya :
Brahman bagai air terjun, dan Atman bagai setetes air.
Setetes air jika kita ambil segelas tetaplah segelas air, meski berasal dari air terjun.
Namun meski segelas / setetes air berasal dari air terjun, maka setetes air tersebut tak berhak mengakui dirinya air terjun. 
Dalam kutipan Pasraman Ganesha disebutkan, Aham Brahma Asmi dimaksudkan disini adalah dimana aku / diri kita adalah Brahman.
 Atman dan Brahman bersatu di dalam jiwa kita, seperti segelas air yang di masukkan ke dalam samudra, air tersebut akan menyatu dengan air yang ada di lautan/ samudra, pertikel-pertikel terkecil itulah airnya; 
Jiwa kita adalah percikan pertikel-pertikel terkecil yang dibentuk oleh atman, atman bersatu dengan Brahman sehingga terbentuklah menjadi jiwa yang menghidupi setiap mahkluk.
***

Dan seperti ditambahkan dalam ajaran kelas VIII Agama Hindu disebutkan bahwa persamaan ātmān dengan Brahman itu sifatnya sama kekal abadi, abstrak dan gaib antara keduanya. 

Sedangkan perbedaannya ātmān dengan Brahman yaitu : 
  • Atmān merupakan percikan dari Brahman, 
  • dan Brahman adalah sumber dari ātmān, ātmān mempunyai sifat sama dengan Brahman. 
Sifat-sifat itu adalah sama-sama berada di mana-mana, tanpa terikat ruang dan waktu, maha mengetahui, tidak berbuat dan tidak menikmati. Ātmān meresapi seluruh makhluk hidup. Namun, ātmān dalam diri manusia terkesan tidak memiliki sifat sama dengan Brahman karena terpengaruh oleh avidya atau kebodohan. Ātmān itu kekal dan penuh kebahagiaan. Karena adanya hubungan dengan benda, ātmān itu mengalami penderitaan dan kelahiran berulang–ulang (reinkarnasi). 

Selama ātmān terbelenggu sifat keduniawian, ātmān akan tersesat dalam samsara, mengembara dari satu kelahiran ke kelahiran yang lainnya. ātmān yang terbelenggu oleh badan, indria, ahamkara, manas, buddhi dan citta sehingga tidak dapat memancarkan sinarnya yang asli dan terang. 

Sifat sifat ātmān ini sesungguhnya identik dengan Brahman. Manusia yang maju pada kehidupan spiritualnya akan mudah merealisasikan ātmān dalam dirinya melalui cinta kasih sejati (prema) bersemi, tumbuh dan berkembang memengaruhi lingkungannya semua makhluk adalah satu keluarga, saling bersaudara (vasudhaiva kutumbakam) Ātmān yang terdapat dalam diri manusia sesungguhnya memiliki sifat sama dengan Brahman. 

Persamaan antara Sang Hyang Widhi dan ātmān dijelaskan melalui kalimat berikut “Brahman Ātmān Aikyam” artinya Brahman dan ātmān itu adalah tunggal sebab ātmān merupakan bagian dari Tuhan. 

Seperti halnya Tuhan memiliki sifat–sifat khusus, ātmān juga mempunyai sifat–sifat tertuang dalam pustaka suci bhagavad-gītā. ātmān tidak terhitung jumlahnya, tidak terlahirkan dan juga tidak akan pernah mati. ātmān bersifat kekal abadi. ātmān yang ada dalam makluk yang satu sama dengan ātmān yang ada dalam makluk lainya. 

Didalam Hindu kita mengenal ajaran tat tvam asi artinya engkau adalah aku, aku adalah engkau, kita semua sejatinya sama. 
Manusia hendaknya mempunyai rasa tenggang rasa terhadap sesama, menyayangi binatang dan tidak menyakitinya serta juga menjaga serta melestarikan lingkungan. 

Dewasa ini banyak terjadi kejadian asusila, seperti seorang ayah tega membunuh istrinya sendiri, mutilasi, pemerkosaan, dan tindakan kriminal lainnya. mereka tidak menyadari atas apa yang dilakukanya sesama manusia saling menyakiti dan sampai membunuh, yang seharusnya saling menghormati dan menghargai. 

Dengan menyadari bahwa manusia sesungguhnya adalah Tuhan (jivĀtman) yang mempunyai akal dan pikiran sejatinya adalah sama, maka jangan sampai melakukan perbuatan asusila yang dilarang oleh Sang Hyang Widhi.
***