Sepasang punakawan yang di Bali biasanya dijadikan sebagai perlambang dari rwa bhineda.
Pertentangan mereka itulah yang dieksplorasi untuk mengembangkan unsur kritik dan simbolisasi situasi sosial politik di Indonesia pada cerita kartun editorial Sangut Delem.
Secara kosmologis, tokoh Sangut dan Delem merupakan metafora dari karakter manusia. Metafora dalam kartun sama dengan pengalihan.
Tokoh-tokoh faktual dan aktual pada situasi periode tertentu dialihkan figur dan perwatakan mereka melalui tokoh-tokoh yang muncul pada cerita wayang atau kartun Sangut Delem.
Dalam upaya melestarikan seni tradisi, kartun Sangut Delem termasuk salah satu ikon yang patut dipertahankan keberadaannya.
Ditinjau dari pola bentuk, penokohan dan alur ceritanya, ia adalah sejenis dekonstruksi konsep seni tradisi. Ketokohan Sangut dan Delem ditransfer ke dalam bentuk lain yang kiranya lebih mampu menarik perhatian masyarakat masa kini.
Dari tokoh pertunjukkan wayang kulit yang murni bernafaskan budaya Bali, ditransfer menjadi tokoh kartun editorial yang lebih kontemporer dengan jangkauan penikmat yang lebih luas.
Namun dengan adanya globalisasi dan perkembangan teknologi digital yang serba cepat, yang memungkinkan akses terhadap masuknya beragam bentuk simbol-simbol budaya kontemporer dari berbagai negara, menimbulkan adanya kekhawatiran tentang krisis budaya tradisional.
Simbol-simbol pewayangan tidak mustahil tersisihkan oleh simbol dan tokoh populer mancanegara yang lebih dominan muncul di sekitar kita.
Padahal budaya tradisi dibutuhkan kehadirannya sebagai akar dari pembentukan karakter dan watak generasi muda yang sesuai dengan lingkungannya, yang diyakini mampu menangkal pengaruh-pengaruh negatif dari budaya asing yang belum tentu cocok diterapkan dalam kehidupan sosial budaya kita sendiri.
Jika fondasi terhadap budaya sendiri tidak dikuatkan, maka dapat memicu rapuhnya kebudayaan bangsa Indonesia.
Demikian disebutkan pengaruh tokoh punakawan sangut & delem terhadap pemahan pembaca kartun;
Demikian disebutkan pengaruh tokoh punakawan sangut & delem terhadap pemahan pembaca kartun;
The concept of plot and character to the traditional characteriza-tions turns into a special appeal when they are interpreted as editorial cartoons.
***