Dimana sebagai landasan utama dalam menghaturkan persembahan adalah ketulusan atau kesucian hati yang disertai dengan cinta kasih.Dalam Hindu Dharma disebutkan :
- Pemujaan dengan sarana bunga sebagai rangkaian dalam persembahyangan disebut dengan muspa.
- Puspa Lingga, Tangkai sekah dari bambu buluh gading sebagai simbul keharuman Gandha Tan Matra.
Kemudian sebaliknya, apabila memiliki kemampuan untuk mempersembahkan yang serba banyak, serba mewah, serba meriah, serba semarak, juga tidak ada salahnya, sepanjang semua persembahan tersebut merupakan persembahan yang terhormat, persembahan yang dilandasi oleh rasa ikhlas dan suci, tentulah baik pahalanya, karena Hyang Widhi dapat menerima persembahan tersebut yang disertai dengan kesadaran yang tinggi, bukan sifatnya pamrih yang semata-mata untuk menerima balasannya.Juga bukan merupakan suatu persembahan yang sifatnya paksaan. Suatu persembahan akan dapat diterima dan berpahala dengan terpuji, bilamana kesederhanaan serta kesemarakan disertai oleh pendalaman maknanya dan berlandaskan pada konsep kebenaran atau dharma.
"Memang di dalam kitab Rg. Weda kita jumpai teori yayna, di mana Maha Purusa dalam penciptaan di dunia ini.Pengorbanan yang tertinggi adalah kurban yang dilakukan dengan mengorbankan diri sendiri.
Ia lakukan melalui yajna dan yang dipergunakan sebagai yajna adalah badannya sendiri.
Tetapi kalau diperhatikan lebih lanjut, apapun juga yang dijadikan kurban dalam upacara yajna itu adalah tidak lain dari pada-Nya, karena Maha Purusa pada permulaan ciptaannya menjadikan semua ini dengan jalan berkurban yang berasal dari dirinya sehingga dengan demikian dunia dan seisi alam ini identik dengan-Nya.Di dalam mantra Wedaparikrama, ada mantra untuk puspa aksata dan gandha, masing-masing berbunyi sebagai berikut:
"Om Puspa-dantaya namah (puspa). Om kum Kumara wijaya naham (aksata). Om Cri gandhecwari-amrtebhyo namah swaha (gandha).Yang dimaksud dengan puspa-danta ialah Ciwa, gelar diberikan kepada Ciwa.
Dari mantra di atas, penggunaan kembang atau bunga bukan lagi sebagai alat, tetapi sebagai lambang Siwa yang tidak berbeda dari pada-Nya.
***