Tri Netra

Tri Netra adalah tiga mata gaib Dewa Siwa yang dapat melihat seluruh alam ini, dengan cudamani yang ditengah dalam Wayang Sapuh Leger sebagai drama ritual yang disakralkan di Bali dikisahkan,
  • Dewa Siwa bersabda, mataku tiga (Tri Netra) diantara keningku ada satu mata lagi, mata gaib yang dapat melihat seluruh alam ditutup dengan cundamani.
    • Sebagai pemusatan pikiran atau manacika
    • Dengan lambang cundamani ini khususnya dalam penggunaan udeng jejateran untuk sembahyang dengan menggunakan simpul hidup di depan dan dipusat dahi disela-sela mata.
Tri Netra (Trinetra) sebagai mata ketiga Dewa Siwa yaitu : Phalanetra, Agnilocana dan Trolocana yang dalam filosofi Dewa Siwa beserta atribut-nya disebutkan
  • Dua matanya pada bagian kiri dan kanan melambangkan aktifitas fisiknya di dunia.
  • Yang ketiga di pusat dahi-Nya yang melambangkan pengetahuan (jnana), dan ini disebut dengan mata kebijaksanaan atau pengetahuan.
Kekuatan pandangan mata ketiga Siwa tersebut dijelaskan bersifat menghancurkan kejahatan yang kisah awal keberadaan mata ketiga Dewa Siwa tersebut juga dapat di temukan dalam berbagai versi sebagaimana diceritakan :

Diceritakanlah Siwa sedang asyik bercengkerama dengan sakti-Nya yaitu Dewi Parwati sedang bermain tutup-tutupan mata, karena mata beliau ditutup oleh kedua telapak tangan dewi Parwati menyebabkan Siwa sulit melihat,
  • karena terhalangnya penglihatan Siwa maka dunia menjadi goncang.
  • Maka, dari kening beliau muncul mata ketiga untuk mengembalikan keadaan dunia seperti keadaan semula, yang terganggu karena kedua matanya tertutup oleh kedua tangan Parwati.

Juga dalam kitab Mahabharata, kitab Linga Purana disebutkan pula menawarkan cerita yang berbeda tentang timbulnya mata ketiga Siwa.
Mata ketiga Dewa Siwa dalam Tapasya Narada dan Keangkuhannya sebagaimana diceritakkan Siwa Purana,
  • Suatu kali Narada melakukan tapasya yang kusyuk sehingga surgawi berguncang. 
  • Indra mengirimkan Manmadha dan memerintahkannya untuk mengganggu dan membuat konsentrasi Narada buyar saat ia melakukan tapasya.
  • Narada duduk di tempat dimana sebelumnya di tempat itu, Ia telah dibakar oleh mata ketiga Dewa Siwa
  • Pada saat itu, Dewa Siwa mengatakan bahwa tempat ini akan membuat mantra Manmadha tidak ampuh dan bekerja. Narada tidak tahu akan hal ini.
Setelah beberapa saat Narada membuka matanya dan mengetahui apa yang telah terjadi. Terpengaruhi oleh maya, ia berpikir bahwa kekuatannyalah yang bisa mengalahkan Manmadha. Ia mengira bahwa tapasyanya telah membuahkan hasil. Ia menghentikan diksha-nya dan pergi ke Kailasha.
Ia menghadap Siwa dan mengatakan bahwa ia telah mengalahkan Manmadha.
Siwa merasa kasihan dan menenangkan Narada yang berapi-api. Sankara yang memiliki tiga mata menyarankan Narada untuk tidak terlalu bangga, sombong dan memuji dirinya sendiri. 
  • Ia kemudian memberikan penghormatan pada Siwa dan pergi ke Satyaloka, untuk mengunjungi ayahnya Brahma
  • Ia mengulangi apa yang telah ia ceritakan pada Siwa dengan kesombongan yang sama. Brahma juga mengingatkan Narada tetapi Narada pergi ke Wisnuloka.
Wisnu mendengarkannya sesaat dan menyadari bahwa Narada telah melihat maya – Siwa. Ia juga memuji Narada, yang membuatnya semakin sombong. Ini membuat Narada semakin membual tidak hanya sekali tetapi berkali-kali. Kemudian ia meminta ijin pada Wisnu untuk pergi dan kemudian berkelana ketiga Loka. 
***