Peradaban Suku Melayu

Pada zaman dahulu masyarakat primitif Melayu yang paling kuno meyakini bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib sebagai kepercayaan dinamisme yang sangat religius.
Itulah dulu yang menyebabkan peradaban ini tangguh di asia tenggara.
Dalam kebudayaan aslinya seperti kepercayaan animisme yang diyakini, mereka juga dahulu menganggap semua benda berkuasa dan menyembah dewa-dewa penguasa benda alam supaya dapat memperoleh pertolongan daripadanya.
Apabila mereka membuat permintaan pertolongan, mereka akan memuja benda ini sebagai contoh, memuja dewi padi supaya dapat memperolehi hasil pertanian yang lumayan.
Aktivitis pemujaan ini dilakukan melalui penggunaan khidmat orang tengah yang mempunyai keahlian ilmu ghaib seperti pawing, dukun dan bomoh. Aktivitis ini juga disertai dengan pelbagai upacara.

Dan sebagai salah satu nenek moyang yang ada di Nusantara, ras golongan melayu ini disebutkan dibagi menjadi 2 yaitu :
  • Golongan Melayu Tua (Proto Melayu) seperti Suku Batak, Toraja, dan Dayak.
  • Golongan Melayu Muda (Deutro Melayu) seperti Jawa, Bali dan Banjar.
Bangsa Melayu ini dahulu dapat dikatakan sangat pewe tinggal di Kepulauan Nusantara.
Sebagai orang asli pribumi Indonesia, mereka telah beranak-pinak dan ujung-ujungnya bikin beragam peradaban dan kebudayaan-kebudayaan yang masih bisa kita nikmatin sampai sekarang. 
Bangunan rumah panggung atap rumbia, tarian, baju daerah yang warna-warni, wajah dan badan yang dibubuhin tato, bahkan bahasa-bahasanya, masih bercirikan Austronesia

Gak cuma yang ada di Indonesia ataupun Malaysia doang, kebudayaan serupa juga bisa lo temuin di orang Maori (Selandia Baru), Rapa Nui (Pulau Paskah), orang Asli Taiwan, Madagaskar, dan pelosok-pelosok Austronesia lainnya. 

Dalam catatan sejarah Bali disebutkan bahwa migrasi orang-orang Proto Melayu dan tergolong ras Mongoloid diperkirakan berlangsung sekitar tahun 2500 SM sehingga secara berangsur-angsur kehidupan penduduk suku Bali meninggalkan pola hidup nomaden, mulai hidup bertempat tinggal di suatu daerah dengan batas-batas wilayah tertentu yang disebut pedukuhan, belajar bercocok tanam dan bermasyarakat.
Para ahli juga telah memperkirakan bahwa bahasa yang dipakai di kepulauan Nusantara pada masa prasejarah yaitu dengan Bahasa Melayu-Polinesia atau Bahasa Austronesia.
Bahasa ini telah mempermudah penyebaran kebudayaan dan mempermudah perdagangan.
Dan percampuran bangsa Melayu dengan Melanesoid juga disebutkan menghasilkan keturunan Malanesoid-Melayu saat ini mereka merupakan penduduk Nusa Tenggara Timur dan Maluku.
***