Upacara dan Tradisi Nyaagang (oleh sebagian besar umat
Hindu di Klungkung Bali) dimaknai sebagai wujud kembalinya roh leluhur ke
alam Nirwana (surga) dan datang berkunjung ke alam
marcapada selama Galungan hingga Kuningan yang dapat memberikan berkah dalam
bentuk kesejahteraan kepada para keturunannya yang masih hidup.
Menurut Jero Mangku Mujana, mantan Klian
Gede Pura Dalem Bugbungan, Gelgel, Klungkung, roh leluhur diyakini
datang pada Penampahan Galungan menengok keturunannya yang masih hidup.
“Penampahan Galungan dimaknai sebagai Nampe, yang artinya menerima kedatangan roh leluhur”, ujar Jero Mangku Mujana.
Dalam Tradisi Nyaagang, sesajen yang dihaturkan berupa :
Tradisi Nyaagang di antaranya dilakukan warga
Klungkung di Desa Adat Gelgel, Satra dan beberapa desa adat lainnya.
Dominan mereka melaksanakannya sebelum tengah hari.
Klian Banjar Adat Jelantik Kuribatu, Tojan, Made Suryawan menyebutkan, “Upacara Nyaagang merupakan penghormatan kepada leluhur tersebut diatas oleh keturunannya" yang disebutkan :
Bertujuan untuk dapat memperkuat nilai-nilai kekerabatan sebagai wujud Umat Hindu untuk selalu ingat dengan leluhur”.
Sementara itu, menurut lontar Sundarigama, ketika puncak kemenangan dharma melawan adharma, dimaknai
dngan turunnya Ida Bhatara-Bhatari yang datang memberikan berkah dalam
bentuk kesejahteraan kepada para keturunannya yang masih hidup.
***