Jaba Pura adalah halaman luar suatu pura sebagai lambang alam bawah, bhur loka. Alam ini, menurut kepercayaan umat Hindu, dianggap sebagai tempat para bhuta kala,
sehingga halaman ini digunakan sebagai tempat memberi sesajen kepada
makhluk tersebut agar tidak mengganggu manusia.
Halaman ini digunakan
untuk mengadakan upacara yang berhubungan dengan makhluk itu, seperti
upacara mecaru, dan tabuh rah dll.
Sehingga sebelum pengerupukan dimulai yaitu setelah tawur kesanga dilaksanakan, penjor yang dilengkapi dengan sanggah cucuk munggah banten Daksina, Pras, Ajuman, Dandanan, ketipat kelanan, Sesayut penyeneng, janganan kacang panjang, pada sanggah cucuk digantung ketipat kelanan, sujang / cambeng berisi tuak, arak, brem dan air tawar.
Di bawah sanggah cucuk menghaturkan segehan Manca Warna, segehan
nasi cacahan 108 tanding dengan ulam jajron matah serta dilengkapi
dengan segehan agung asoroh, serta tetabuhan arak, tuak, brem, Air
tawar, dihaturkan kehadapan Sang Bhuta Bala dan Sang Kala Bala, semua
sarana diatas dihaturkan di bawah, pada waktu sandhi kala.
Sehingga seluruh aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan sesuai dengan konsep Tri Mandala yang serasi, selaras, seimbang dan saling melengkapi secara harmonis sebagai
bentuk penghayatan dan implementasi nilai-nilai dan ajaran Hindu Dharma.
***