- kekuatan sinar sucinya, masing-masing dewa memiliki pasangan yang disebut sakti.
- Sanghyang Siwa Raditya atau Sanghyang Tripurusa dalam fungsi dan jenis padmasana juga sebagai niyasa Ardanareswari yaitu kekuatan/ kesaktian Hyang Widhi sebagi pencipta segala yang berbeda misalnya: lelaki-perempuan, siang-malam, kiri (pengiwa) – kanan (penengen), dst.
Dalam kemuliaan wanita dan seorang istri dalam Hindu Bali di Fb disebutkan, “Ardhanareswari” berasal dari suku kata :
- Ardha artinya setengah, belahan yang sama.
- Nara artinya (manusia) laki-laki.
- Iswari artinya (manusia) wanita.
Tanpa unsur kewanitaan, suatu penjelmaan tidak akan terjadi secara utuh dan unsur ini mendapatkan porsi yang sama sebagai belahan kanan dan kiri pada manusia. Sebagaimana belahan bumi atas yaitu langit dengan belahan bumi bawah yaitu bumi yang kedua-duanya mempunyai tugas, kekuatan yang seimbang guna tercapainya keharmonisan dalam alam dan kehidupan manusia di alam ini.
Dalam Siwatattwa dikenal konsep Ardhanareswari yaitu simbol Tuhan dalam manifestasi sebagai setengah purusa dan pradana.
- Kedudukan dan peranan purusa disimbolkan dengan Dewa Siwa sedangkan
- Pradana disimbolkan dengan Dewi Uma.
Di dalam proses penciptaan, Dewa Siwa memerankan fungsi maskulin sedangkan Dewi Uma memerankan fungsi feminim.
Tiada suatu apa pun akan tercipta jika kekuatan purusa dan pradana tidak menyatu. Penyatuan kedua unsur itu diyakini tetap memberikan bayu bagi terciptanya berbagai mahluk dan tumbuhan yang ada.
Makna simbolis dari konsep Ardhanareswari, kedudukan dan peranan perempuan setara dan saling melengkapi dengan laki-laki bahkan sangat dimuliakan.
Tidak ada alasan serta dan argumentasi teologis yang menyatakan bahwa kedudukan perempuan berada di bawah laki-laki.
Itulah sebabnya di dalam berbagai sloka Hindu dapat ditemukan aspek yang menguatkan kedudukan perempuan di antara laki-laki.
Dalam Manawa Dharmasastra I.32 disebutkan
Dwidha kartwatmanodeham
Ardhena purusa bhawat
Ardhena nari tasyam saWirayama smrjat prabhuh
Terjemahannya:
Tuhan membagi dirinya menjadi sebagian laki-laki dan sebagian menjadi perempuan (ardha nari). Darinya terciptalah viraja.
Sloka di atas menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama diciptakan oleh Tuhan.
Laki-laki dan perempuan menurut pandangan Hindu memiliki kesetaraan karena keduanya tercipta dari Tuhan.
Dengan demikian, maka perempuan dalam Hindu bukan merupakan subordinasi dari laki-laki. Demikian pula sebaliknya.
Kedua makhluk yang berbeda jenis kelamin ini memang tidak sama. Perbedaan tersebut adalah untuk saling melengkapi.
Dalam Padma Purana disebutkan bahwa Dewa Brahma membagi setengah dirinya dalam menciptakan Dewi Saraswati.
- Bukan hanya setengah badan
- tetapi juga adalah setengah jiwanya.
Hal inilah yang dimaksud dengan konsep Ardanariswari dalam Hindu. Wanita dalam theologi Hindu bukanlah merupakan serbitan kecil dari personifikasi lelaki,
tetapi merupakan suatu bagian yang sama besar, sama kuat, sama menentukan dalam perwujudan kehidupan yang utuh.
***