Buda

Dina Budha; Buda, urip saptawara = 7, diayomi oleh Sanghyang Udaka. 
Udaka artinya sila, yaitu dengan membiasakan diri agar kita selalu dapat memelihara perangai yang baik dan benar menurut dharma agama dan sosial budaya.
Dalam Lontar Sunarigama ada disebutkan bahwa :
Budha Kliwon Dungulan Ngaran Galungan patitis ikang janyana samadhi, galang apadang maryakena sarwa byapaning idep
Artinya:
Rabu Kliwon Dungulan namanya Galungan, arahkan ber-satunya rohani supaya mendapatkan pandangan yang terang untuk melenyapkan segala kekacauan pikiran. Jadi, inti Galungan adalah menyatukan kekuatan rohani agar mendapat pikiran dan pendirian yang terang.
Dalam hal perwatakan.
Kelahiran seseorang pada dina Budha disebutkan juga menandakan bahwa karma wasana; prilakunya di masa lalunya ia lebih banyak berbuat tidak menuruti aturan, tidak tahu sopan santun.
Yan wadon Dewa-nya Bhatari Uma, yan lanang Dewa-nya Mahadewa dan Wisnu. Wataknya sangat keras pada saat keras hatinya, dan sangat lembut pada saat lembut. 
Bisa jadi berwatak waria/banci. Wayang-nya Wirun, artinya berpenampilan lugu, suka merendah, namun sering labil, atau sering berbeda dengan kenyataannya (suka jahil). 
Kayu-nya bunut, sering ditafsirkan seram. Manuk-nya Dara, suka pergi jauh. Sato-nya lembu, artinya tidak bisa dilukai, kalau dilukai bisa kalap. 

Kala-nya Anggapati, keinginannya dan juga bercita-cita tinggi – bisa jadi loba-nya juga tinggi. Mayania Pertiwi, kalau tidak dilukai dia cenderung sabar. 
Lintang-nya keris, sakitnya makan hati, juga kalau bicara sering menusuk hati orang dengan halus, dan sering luka, galakin desti, miwah pemali, doyan alih endih. Kesusahannya dalam bentuk financial, punya hutang kaul di kemulan berupa babi guling yang belum terbayar dari kakeknya yang sudah meninggal.
Orang kelahiran Rabu sakitnya ada di kepala, obatnya daun pepe, bawang dan adas. Sakitnya juga pada saluran kencing, obatnya empol pandan, bungan malinjo, bawang dan adas. Sakitnya juga pada perut, obatnya selasih merik, air jeruk, isen ginten cemeng, air asaban cendana. Boreh untuk badannya babakan dadap dan sindrong wayah/jangkep. Boreh pada kakinya terbuat dari babakan pangi, babakan kelor, kasuna dan jangu, abu dapur dan idu bang, demikian disebutkan dalam sapta wara pada wariga.
***