Penyekeban Galungan

Penyekeban Galungan adalah rangkaian dari hari raya galungan yang jatuh pada rahina redite (minggu) paing dungulan.

Diaman saat hari suci itu, umat diharapkan dapat melaksanakan Anyekung jnana sudha nirmala, menggelar samadhi di Sanggah Pamerajan untuk menguatkan tekad memenangkan dharma untuk dapat melepaskan dari kekuatan Sang Kala Tiga Wisesa.

Lebih lanjut dalam Denpasar Viral (IG) disebutkan bahwa, 
Secara filosofis pada saat hari penyekeban itu manusia agar bisa nyekeb (mengekang) indria (nafsu), mengekang dan menahan diri dengan tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan agama, biasanya umat Hindu juga mulai nyekeb buah pisang (biu) untuk perlengkapan upacara yadnya.⁣

Lebih lanjut, dalam Lontar Sundarigama disebutkan: 
Ikang Dungulan Redite Paing, turun Sang Hyang Kala Tiga, menadi Bhuta Galungan, arep anadah anginun ring manusa pada matangnian sang wiku muang sang para sujan den perepiakse juga sira kumekas ikang jenyana nirmala, nimitania, tan ka surupan tekap. Sang Buta Galungan, nadah mangkana mengaram panyekeban ucaping loka.⁣

Petikan tersebut memiliki makna, 
Saat Redite Paing wuku Dungulan disebutkan bahwa Sang Hyang Kala Tiga turun ke dunia dalam wujud Sang Bhuta Galungan, yang ingin makan dan minum di dunia ini, oleh karena itu, orang-orang suci, demikian pula para sujana (bijaksana), hendaknya waspada serta mengekang atau membatasi dirinya kemudian memusatkan pikirannya ke arah kesucian, agar tiada kemasukan oleh sifat-sifat yang membahayakan dari pengaruh-pengaruh Sang Bhuta Galungan, dan hal yang demikian, disebutlah hari penyekeban.⁣

Oleh karena itu, mulai hari ini seseorang harus mulai mengendalikan diri. Tidak mudah marah, emosi, dan selalu sabar agar nanti pada saat Hari Raya Galungan bisa merayakan hari kemenangan Dharma dengan paripurna.⁣
***