Agama tanpa empati berarti agama itu sudah kehilangan inti utamanya

Agama tanpa empati berarti agama itu sudah kehilangan inti utamanya;
Karena dikatakan inti dari semua agama sejatinya adalah meleburnya jati diri kita dengan semesta, sehingga semua perbedaan hilang untuk dapat saling mengasihi dan saling membantu.

Seperti diberitakan Radar Bali.
Hilangnya empati dan prikemanusiaan karena adanya rasa ketakutan berlebihan; 
"Namun berkat bantuan semua pihak akhirnya berhasil membujuk warga Banjar Bias untuk memperbolehkan speedboat bersandar.
Astungkare berkat kerja sama warga Banjar Bias ponakan kami dipersilakan dan dibantu proses evakuasinya,” tandasnya.

Di dalam masyarakat demokratis, seperti Indonesia, empati adalah dasar dari kehidupan bersama yang sehat.
Mengapa di Indonesia, agama bisa kehilangan empati? Padahal, inti dari semua agama adalah sikap welas asih
Sikap ini lahir dari kesadaran mendalam, bahwa segala sesuatu adalah satu, yakni bagian dari alam semesta yang nyaris tak berhingga ini. Bentuk nyata dari ini adalah empati.

Dalam rumah filsafat agama & empati disebutkan ada beberapa sebab dari krisis empati yaitu adanya kedangkalan berfikir, kedangkalan pemahaman agama, moral, etika dll. Dan untuk dapat mengembalikan empati tersebut dikatakan bahwa :
Sejatinya empati tidak akan pernah hilang. Ia adalah kemampuan alamiah manusia. Namun, ia harus dilatih. Seperti misalnya kita harus mendalami agama sampai ke akarnya. 
    • Jangan hanya berhenti soal aturan, 
    • Cara berpakaian atau penampilan luar semata. 
Karena inti dari semua agama adalah meleburnya jati diri kita dengan semesta, sehingga semua perbedaan hilang.
***
Seperti halnya dalam menhayati ajaran Tat Twam Asi sehingga di titik ini, empati akan muncul secara alami. 
Karena adanya rasa memiliki seia sekata, paras paros salunglung sebayantaka.
***