Akan tetapi sifat seperti itu tidak selamanya tepat terutama saat-saat krusial dalam menghadapi musuh, ibarat kita tidak perlu jujur kepada perampok.
Perang sejatinya adalah mencari kemenangan......
Terkadang peraturan selalu dilanggar untuk mendapat keuntungan.Itu bagian dari strategi/taktik Politik untuk memenangkan sebuah pertarungan.Yang pasti selalu ada kalah dan menang dalam setiap pertarungan.......
Berani bertarung harus siap kalah dan siap menang.
Kala itu, pertarungan pun berjalan sengit, namun diceritakan keduanya sama sama memiliki kelebihan.
- Bima memiliki tenaga yang jauh lebih besar.
- Duryodhana memiliki keterampilan lebih unggul dan jauh jauh hari sebelum peperangan telah membuat patung Bima untuk dipakai berlatih.
Bima terlihat seperti seekor gajah.
Duryodana pun tak kalah lincah.
Singkat cerita Bima mulai kelihatan putus asa.
Bertanyalah Arjuna kepada Sri Krisna,tolong beritahu aku pendapatMu tentang pertarungan ini..?
Sri Krisna tersenyum lalu menjawab..
Arjuna, mereka berdua telah di latih oleh kakakku Balarama.Bima memang jauh lebih kuat,namun Duryodhana lebih unggul dan mahir ,bisa jadi Bima akan mengalami kekalahan dalam pertarungan ini kecuali Bima melakukan kecurangan..
Sri Krisna berbisik pada Arjuna.
Arjuna tersenyum sambil terlihat mengiyakan.
Pertarungan masih berlangsung, dalam ke putus asaan Bima sempat menoleh Arjuna dan Arjuna memberi pertanda kepada Bima dengan cara memukul pahanya dengan tangan.
Bima pun mengerti maksud Arjuna,maka ketika Duryodhana melompat Bima memukulkan Gadanya ke paha Duryodhana.
Duryodhana akhirnya terkapar dengan paha yang patah, Bima menghampiri dan menginjak kepala Duryodhana.
Di ceritakan kala itu, Bumi pun berguncang, langit bergemuruh seakan tidak setuju atas kecurangan dan pelanggaran yang di lakukan Bima.
Yudistira segera berlari menghampiri Bima dan menyuruh Bima untuk tidak melakukan hal yang tidak pantas..
Hatinya sedih dan hancur melihat semuanya.
Air matanya mengalir dan berkata,sepupuku Duryodhana, maafkan kami, janganlah bersedih, kau telah kehilangan segalanya dan sekarang kau tergeletak di tanah dan akan kehilangan nyawamu, semua ini adalah kesalahan kami tetapi semua ini terjadi karenamu juga.
Kau akan mencapai surga, ketika kami harus hidup di dunia yang semu ini.
Dengan rendah hati aku memberi rasa hormat atas jiwa ksatriamu.
Yudistira sangat peka dan selalu berjalan di jalan Dharma, ia tidak tahan melihat semua ini.
***