Sebuah tempat pembakaran jenazah yang biasanya digunakan untuk melaksanakan upacara sawa wedana yang biasanya di hulun setra dibangun Pura Prajapati sebagai stana dewi durga yang pada zaman dahulu dipuja oleh sekte bhairawa sebagai penganut ajaran Durga Bhairawi.
Dalam Tradisi Ngaben, Bentuk Ikhlas Masyarakat Hindu Bali Kepada Orang Yang Sudah Tiada,
Tunon disebutkan berasal dari kata tunu yang berarti membakar dengan kata lain adalah setra atau sema.
- Setra artinya tegal sedangkan sema berasal dari kata smasana yang berarti Durga.
- Dewi Durga yang beristana di sedahan Tunon ini yang disebut Pura Prajapati.
- Pemujaan kepada Brahma Prajapati dilakukan saat piodalan di Pura tersebut yang ditujukan kepada Dewa Brahma yang telah menciptakan alam semesta beserta isinya. Hal ini dapat diketahui berdasarkan stawa para pemangku yang diucapkan saat piodalan di Pura Prajapati. Adapun mantra di Pura Prajapati saat piodalan atau persembahyangan:
- Om Brahma Prajapatih, Sresthah swayambhur warado guruh, Padmayonis catur waktro, Brahma sakalam ucyate.
- Artinya:
- Ya Tuhan dalam wujudMu sebagai Brahma Prajapati, pencipta semua makhluk, maha mulia, yang menjadikan diriNya sendiri, pemberi anugerah mahaguru, lahir dari bunga teratai, memiliki empat wajah dalam satu badan, maha sempurna, penuh rahasia, Hyang Brahma Maha Agung.
- Sementara itu apabila diadakan upacara pengabenan, maka mantra-mantra yang digunakan pun berbeda, yaitu ditujukan kepada Yama, Dhurga, dan sebagainya yang berkaitan dengan dewa-dewa kematian yang bertujuan menolong roh bersangkutan dapat segera menyeberang ke alam barunya.
- Dengan penggunaan petulangan berfungsi sebagai tempat membakar jenasah dan secara spiritual, berfungsi sebagai pengantar roh ke alam roh (sorga atau neraka) sesuai dengan hasil perbuatan di dunia.
***