Sewanam

Sewanam artinya melayani orang lain terutama kepada mereka yang membutuhkan pelayanan secara wajar dan berdasarkan asas dharma kebenaran.

Sebagaimana yang sering diungkapkan :
“Manava seva adalah Madhava Seva”,
Yang artinya:
Pelayanan kepada umat manusia / binatang adalah juga merupakan pelayanan kepada Tuhan.

Ungkapan ini sering diutarakan oleh orang-orang spiritial, Satu-satunya cara untuk mendekati Tuhan adalah melalui tindakan pelayanan kepada sesama manusia dan mahluk lainnya secara tanpa pamrih.
"Melayani manusia / mahluk lain sama dengan melayani Tuhan".

Dalam pendidikan Agama Hindu disebutkan bahwa dalam kehidupan bersama untuk mewujudkan suatu keharmonisan, setiap orang juga dituntut untuk dapat hidup saling melayani.
Bentuk sewanam itupun juga berarti pengamalan agama kepada orang lain. 

Dalam melakukan sewanam, selain orang akan mendapatkan kemajuan spiritual, juga dengan sewanam seseorang akan cenderung memperkecil sifat egoisnya, karena sifat egois (ahamkara) itu menyelubungi atman dengan kegelapan untuk mendekat menjangkau sinar suci Paramatman

Wujud yang lebih nyata dari pengamalan agama dalam bentuk sewanam ini, misalnya seperti membantu fakir miskin, membantu pendidikan anak yang kurang mampu, ikut meringankan beban penderitaan orang-orang jompo, secara aktif membantu pelestarian alam dan lain sebgainya.
Unsur penting yang perlu diperhatikan, 
Bagaimana caranya melakukan pelayanan kepada orang lain agar orang itu menjadi lebih baik. 
Misalnya jangan karena pelayanan yang kita berikan orang tersebut menjadi malas, manja bahkan semakin bodoh atau menjadi orang yang sombong dan tidak ada rasa terima kasih.
Kalau hal itu terjadi,
maka pelayanan kita justru akan merugikan atau menjerumuskan orang lain. 
Ditinjau dari segi pendidikan, mereka akan menjadi semakin jauh dengan dharma dan Tuhan. Kalau ada orang memiliki sifat-sifat yang sombong, upayakan agar ia memiliki kesempatan dan minat untuk lebih mendalami masalah-masalah kerohanian.
Kalau kita mampu menggugah minatnya dan mengupayakan kesempatan untuk kerohanian, hal itu merupakan suatu sewanam yang mulia.
Sedangkan bagi yang berbakat namun miskin harta, orang ini patut diberikan dana punia (bantuan dana atau harta benda) untuk mengembangkan bakatnya itu.
  • Kalau orang kaya, orang berkuasa, orang yang punya pengaruh dapat ditingkatkan kualitas mental spiritualnya, maka ia akan lebih produktif untuk mengembangkan kekayaannya, menggunakan kekuasaannya lebih baik, demi melindungi yang benar.
  • Begitu pula orang yang berpengaruh jika mental spirtualnya meningkat, akan menggunakan pengaruhnya untuk rnenegakkan kebenaran. 
Dengan demikian, akibat positif dari spiritualitas bagi orang yang kaya, orang berkuasa dan orang yang mempunyai pengaruh akan banyak sekali bagi masyarakat luas. Itu berarti pula pengamalan agama untuk kebaikan orang lain.
***