Pelinggih Pan Balang Tamak disebutkan bermakna agar setiap kita memasuki Pura Desa maka rasa tamak kita atau rasa rakus kita akan hilang dan menjadi orang yang lebih baik dan tidak menjadi orang yang rakus dan curang dalam kehidupan ini. Dan kisah keberadaan pelinggih tersebut diceritakan sebagai berikut :
Pada zaman dahulu, di suatu desa di Bali hiduplah seorang pria yang bernama Pan Balang Tamak yang dalam cerita rakyat Bali disebutkan memiliki sifat malas dan prilaku curang.
- Selalu malas di banjar dalam hal gotong royong untuk dapat berpartisipasi membangun desa.
- Licik dan sering berbuat curang pada krama desa.
Singkat cerita terdengar kabar sampai ke puri, karena terlalu banyak hal curang yang sering dilakukan Pan Balang Tamak, Raja pun mengutus seseorang untuk membunuhnya dengan menggunakan racun yang sangat ampuh untuk membunuh Pan Balang Tamak, tetapi karena mendengar hal itu sebelumnya Pan Balang Tamak mengingatkan istrinya dan ia berkata :
” Istriku jika aku mati nanti aku ingin agar jenasahku di dudukan dengan bersila di bale lalu senderkan diriku pada salah satu tiang di bale tersebut, gantungkan rambutku pada bagian atas bale, lalu carikan aku seekor tamulilingan dan letakan di samping jenasah ku selama 1 hari ,
dan juga aku ingin harta kita di letakan di bale delod (rumah bagian selatan) berupa peti dan tutup menggunakan kain kasa putih dan jasad di letakan di bale daja ( rumah bagian utara) dan di tutup peti”.
Dengan pemberian racun tersebut, setelah beberapa hari kemudian matilah Pan Balang Tamak dan istrinya pun melakukan hal yang di perintahkan suaminya.
Karena mendengar hal tersebut utusan raja yang diperintahkan mengintip ke rumah Pan Balag Tamak, tetapi apa yang ia lihat, dikira Pan Balang Tamak telah mati, tetapi iya melihatnya duduk bersila di bale sambil menggeraikan rambutnya diselingi dengan membacakan mantra/nanyian agama yang sebenarnya hanyalah jenasah dan tamulilingan yang ada.
Karena hal itu, utusan raja pun menghadap raja kembali dan mengatakan bahwa racun tersebut tidak ampuh.
Karena Raja tidak percaya dengan hal tersebut maka raja pun menelan racun tersebut dan akhirnya raja pun mati.Setelah beberapa hari jenasah Pan Balang Tamak di pindahkan oleh istrinya ketempat yang di perintahkan dahulu yaitu bale daja (rumah bagian utara) dan hartanya di letakan di bale delod (rumah bagian selatan).
Karena berita tentang kematian Pan Balang Tamak sudah tersebar ke seluruh desa, ternyata ada orang yang ingin berbuat jahat.
Orang tersebut ingin mencuri harta kekayaan Pan Balang Tamak karena Pan Balang Tamak terkenal kaya.
Akhirnya orang tersebut mendatangi rumah Pan Balang Tamak dengan sembunyi-sembunyi dan langsung berjalan ke bale daja (rumah bagian utara) di mana semua orang Bali percaya tempat itu merupakan tempat menyimpan kekayaan dan barang berharga,
karena tidak mungkin di bale delod (rumah bagian selatan) untuk menyimpan harta yang biasanya di Bali digunakan sebagai tempat jenasah,
akhirnya orang tersebut melihat peti yang dikira harta Pan Balang Tamak dan membawanya pergi.
Ketika ingin melihat isinya di pertengahan jalan mereka berhenti, tetapi karena ada bau tak sedap akhinya tidak jadi dan berjalan lagi hingga tiba di pura, yaitu Pura Desa, akhirnya mereka membukanya
dan ternyata yang mereka bawa dalam peti ternyata isinya jenasah Pan Balang Tamak dan mereka lari ketakukan serta meninggalkan jenasah tersebut di pura desa,
Itulah yang menyebabkan di Pura Desa ada pemujaan/bale yang bernama Pan Balang Tamak.
***