Ulap-Ulap

Ulap-Ulap adalah perlambang akan adanya cahaya atau sinar suci baru yang biasanya sebagai sarana pelengkap dalam upacara - upacara seperti :
Ulap - Ulap biasanya dibuat dari selembar kain putih dengan ukuran tertentu yang didalamnya tergambar sejumlah aksara Nyasa Pranawa, yaitu aksara dalam bentuk simbol dan sastra modre yang mengandung sifat rahasia (kadyatmikan).

Selain Mantra dalam salah satu sumber kutipan Siwa Sidhanta disebutkan bahwa yang tak kalah penting dalam pendirian suatu pelinggih yaitu Ulap-ulap ini. 
Sesuatu bangunan suci atau palinggih baru dapat difungsikan secara agama setelah (diupacarai) betapa mestinya. 
Dalam Bahasa Bali, kata ulap-ulap berasal dari kata ulap yang berarti silau. 
  • Kata ulap itu kadwi lingga yang (diulang), 
  • yang artinya sesuatu yang menimbulkan kesilauan mata. Pada umumnya yang menimbulkan kesilauan mata adalah adanya cahaya atau sinar suci yang akan datang.
Adapun penggunaan mantra khusu dan ulap-ulap yang berbeda-beda di setiap pelinggih yang dalam Tugas Siva Siddhanta II dalam penelitian merajan sebagaimana disebutkan beberapa contohnya :
  • Di Kemulan menggunakan :
  • "Om Brahma Wisnu Iswara Dewam
    Jiwatmanam Trilokanam ............ "
  • PesarenOng Ang Brahma Atma Yenamah .............
  • Manik Galih, "Om hram hrim sah parama Siwa Amretaya namah"
  • Menjangan Seluang, "............ pratisthajnyana Lila ya namah swaha"
  • dll
Namun menurut informan, mantra yang digunakan untuk ulap-ulap di setiap pelinggih secara umum seperti Kramaning Sembah yang diawali dengan Puja Tri Sandhya dan lalu di ikuti dengan :
  • Mantra khusus, 
  • Dharma Gita, Kidung Panca Yadnya 
  • dll.
***