Mpu Semeru

Mpu Semeru merupakan putra dari Danghyang Tanuhun. Dalam penjelasan Siwa Buddha, beliau berasal dari sekte Ciwa tiba di Bali pada hari jumat Kliwon, wuku Pujut, bertepatan dengan hari Purnamaning Kawolu, candra sengkala jadma siratmaya muka yaitu tahun caka 921 (999M) lalu berparhyangan di Besakih.
Berdasarkan silsilah dan keturunan bhagawanta, bersama Mpu Kuturan, Mpu Ghana dan Mpu Gnijaya dalam penjelasan Lalita Hita Karana, beliau menetapkan Tri Hita Karana, Tri Kahyangan dan Tri Murti dengan konsep agama Siwa-Budha di bawah pemerintahan Maharaja Guna Priya Dharma Patni Udayana.
Kisah beliau yang selama hidupnya menurut kutipan dari blog gegesah, Mpu Semeru menempuh kehidupan sebagai Brahmacari. Meskipun beliau tidak menikah seumur hidup, beliau bisa menurunkan seorang putra. Tentu saja itu terjadi berkat kasidhi ajnanan. Beliau menurunkan putera dharma bernama Mpu Dryakah atau Mpu Kamareka.
Berdasarkan kasidhi ajnanan dan kekuatan panca bhayunya, tonggak kayu tersebut diciptakan menjadi sesosok manusia. Begitu menjadi manusia, seketika manusia baru itu menghadap Mpu Semeru. Orang itu menghaturkan sembah dan sujud bhakti, serta menyampaikan terima kasih banyak kepada Mpu Semeru, yang telah berkenan mengubah tonggak kayu menjadi manusia.
Manusia itu berkata baik budi paduka Mpu janganlah hendaknya secara lahirniah saja, melainkan juga agar sampai ke dalam hati nurani paduka Mpu. Seterusnya supaya hamba diberikan tuntunan dan ajaran,sehingga hamba dapat mengikuti jejak Paduka Mpu. “Demikian keinginan manusia tersebut, tetapi Mpu Semeru menolaknya. Beliau tidak berkehendak menyucikan manusia tersebut”.
Mendengar jawaban Mpu Semeru Orang itu berlinang air mata dan berkata “bahwa sebaiknya Mpu Semeru mengembalikan saja ke wujud asalnya, karena ia merasa tidak berguna menjadi manusia, tanpa ilmu dan pengetahuan”. Mendengar kata manusia tersebut, Mpu Semeru tidak dapat mengeluarkan kata-kata sepatah pun, tiba-tiba terdengar sabda dari angkasa.
Kemudian Mpu Semeru meninggalkan Besakih izin kepada Bhatara Hyang Putrajaya untuk selanjutnya meneruskan perjalanan ke Gunung Lampuyang Luhur yaitu Bhatara Hyang Gnijaya. Berkat kekhudukan Mpu Semeru berdoa, keluarlah Bhatara Hyang Gnijaya.
Beliau sangat senang menerima kedatangan keturunannya melakukan persembahyangan. Kemudian Mpu Semeru membangun parahyangan di Pura Besakih, dengan dibantu oleh orang-orang Bali Aga.
Sejak itu Mpu Semeru pulang pergi ke Bali dan Jawa. Secara lahir batin Mpu Semeru selalu mengupayakan kebahagiaan dan kesejahteraan seluruh manusia di dunia ini. Oleh karena selalu di pelihara dan dirawat,maka Parahyangan Bhatara Hyang Tri Purusa yaitu di Gunung Agung, di Gunung Lampuyang dan di Hulun Danu selalu lestari.
***