Udeng

Udeng adalah sehelai kain yang biasanya diikatkan di kepala laki - laki dengan bentuk dan corak berwarna - warni sebagaimana disebutkan dalam salah satu komentar(1) Cakrawayu Peduli Bali, lekukan udeng memiliki makna :
  • Lekuk dikanan lebih tinggi daripada dikiri berarti hendaknya kita lebih banyak melakukan hal yang baik (dharma) dari pada berbuat buruk (adharma)
  • Ikatan ditengah - tengah kening bermakna memusatkan pikiran kita.
  • Ujung keatas melambangkan Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan menggunakan udeng secara garis besarnya disebutkan hendaknyalah kita selalu berbuat yang baik sehingga nantinya kita dapat bersatu dengan beliau (moksa).

Sedangkan udeng yang tertutup dan ikatan dibelakang yang boleh memakai udeng ini sebagaimana disebutkan dalam salah satu komentar(2) Cakrawayu Peduli Bali, adalah pinandita (sulinggih) yaitu orang yg sudah mewinten atau Samkara Eka jati dan udeng seperti ini sering disebut dengan ''mebongkos nangka''.
 
Dalam ranah kadiatmikan, sebagaimana disebutkan dalam salah satu komentar(3) Bhakti Manawa Wedanta, udeng juga melambangkan panunggalan tri nadi! Artinya dalam persepsi masyarakat spiritual Bali, selaning lelata adalah pertemuan dari Tri Nadi itu, 
  • Ida, 
  • Pinggala, 
  • Sumsumna
Keseimbangan spiritual manusia ada di titik tengah itu.. Disanalah sebaiknya simpul udeng di taruh. 

Udeng sebagai kelengkapan busana adat bali dan sembahyang sebagaimana juga disebutkan dalam kutipan salah satu komentar3 Bhakti Manawa Wedanta, udeng memiliki simbol ketuhanan orang bali yang menyatukan Tri Murti dalam simpul "nunggal", 
  • Tarikan ujung kain kanan melambangkan Wisnu, 
  • Tarikan ujung kain kiri melambangkan Brahma, 
  • Ujung kain diatas yang ditarik kebawah melambangkan Siwa, 
Artinya orang bali menuhankan Tri Murti sebagai satu kesatuan yang utuh dalam perlambang udeng yang digunakan.

Udeng dalam makna pakaian adat ke pura disebutkan secara umum dibagi tiga yakni:

  • Udeng jejateran (udeng untuk persembahyangan) menggunakan simpul hidup di depan, disela-sela mata, sebagai lambang cundamani atau mata ketiga. 
    • Juga sebagai lambang pemusatan pikiran, dengan ujung menghadap keatas sebagai symbol penghormatan pada Sang Hyang Aji Akasa. 
    • Udeng jejateran memiliki dua bebidakan yakni 
      • Sebelah kanan lebih tinggi, dan sebelah kiri lebih rendah yang berarti kita harus mengutamakan dharma. 
      • Bebidakan yang kiri symbol Dewa Brahma, yang kanan symbol Dewa siwa dan simpul hidup melambangkan Dewa wisnu, 
    • Bagian atas kepala atau rambut masih tidak tertutupi yang berarti masih brahmacari.
  • Udeng dara kepak, masih ada bebidakan tetapi ada tambahan penutup kepala yang berarti symbol pemimpin yang selalu melindungi masyarakatnya dan pemusatan kecerdasan.
  • Udeng beblatukan (dipakai oleh pemangku) tidak ada bebidakan, hanya ada penutup kepala dan simpulnya di belakang dengan diikat kebawah sebagai symbol lebih mendahulukan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi.

***