Kain

Semua kain berbahan dasar kapas, baik itu kain halus ataupun kasar; 
Namun yang membedakan bajunya halus atau kasar itu adalah benang yang dipakainya.

Manusia pun begitu, berasal dari satu bahan dasar yang sama yaitu brahman, namun yang membedakan adalah karma manusia itu sendiri...

Dan semua orang ingin bahagia dan tak ada yang ingin sengsara dalam menjalani kehidupan ini tapi apakah semua orang berkarma baik ?, 

Karena itu; 
Kita terlahir sejatinya disebutkan untuk membayar karma baik ataupun buruk kehidupan yang kita jalani itu adalah pantulan dari perbuatan kita sendiri.

Dan adapun dalam filosofinya, penggunaan beragam kain dalam upacara yadnya disebutkan diantaranya sebagai berikut :

  • Saput poleng sebagai simbol penjagaan atas keseimbangan dan keharmonisan. Implementasi falsafah ini dapat memberikan kita sebuah cerminan yang terimplikasi terhadap kehidupan beragama.
  • Kain Tenun Gringsing sebagai penolak bala dalam upacara keagamaan.
  • Tedung Agung, pada hiasan tepi pinggir dijuntai dengan kain warna atau prada yang lazim disebut dengan ider-ider.
  • Kain kasa, dalam perlengkapan upacara pitra yadnya sebagai pengulungan dan bertuliskan akasara suci yang bertujuan untuk mencapai moksa.
  • Dan penggunaan wastra memiliki makna dan simbol tersendiri.
Kain tenun asli Bali disebutkan memiliki tekstur yang khas, tidak dimiliki produk tiruan dari luar. Baginya Surat Edaran Gubernur Bali tentang pemakaian kain tenun endek Bali sangat membantu perkembangan IKM-IKM di Bali. “Surat Edaran Gubernur Bali tentang pemakaian kain tenun endek Bali mampu memicu kreativitas pengrajin tenun asli Bali .... selengkapnya ....Tenun Tradisional Bali Bertahan atau Terancam ...

***