Tongkat Sulinggih

Kenapa sulinggih di Bali senantiasa membawa tongkat?

Tak banyak orang awam paham.
Di samping sebagai alat, senjata tongkat itu adalah simbol kebijaksanaan, simbol pengetahuan yang tinggi, simbol kesadaran yang halus.
Maka tongkat yang kerap dihias dengan emas dan permata itu disebut juga niti atau danda, yang berarti pengetahuan suci.
Seorang sulinggih sepatutnya berjiwa shanti sehat sejahtera, berhati suci penuh kasih sayang, bertongkatkan sastra, bukan bertongkatkan kayu dengan tempelan emas dan permata yang mencorong.

Tentang tongkat sebagai pengetahuan suci, sejumlah lontar, semisal; Aji Purwa Bhasita Krama, Sewaka Dharma, Surya Sewana, begitu benderang menyarankan,
‘Bahwa seseorang yang bersiap siap mengabadikan diri dalam kebajikan, hendaknya dalam menghadapi kesulitan senantiasa bertongkatkan sastra dharma serta memperhatikan nawa (sembilan) aksara, yang dijadikan penuntun dalam mencapai kelepasan
(Mangka padanira sang tumaki –taki darma rahayu, kaleyenira yan patekena sastragama, kumayatnakena ri Sang Hyang Nawaksara, sira ta kangken tetenaning kamoksan).
Tugas kewajiban seorang pendeta pertama tama bukanlah berurusan dengan dunia di luar diri.
Tugas paling dasar mengendalikan dirinya sendiri, melepaskan kedengkian, kemarahan dan nafsu rendah lainnya. 

Maka julukan sulinggih yang bermacam macam itu, sejatinya berkaitan dengan tugas tugas pengendalian diri, serta kewajiban memahami ajaran bagaimana mati dengan benar.

Demikian dikutip dari keterangan Jro Tjampuhan di fb berkaitan dengan wiku yang telah memiliki pengetahuan untuk dapat menuju dan mengantarkan umatnya kepada Yang Maha Kuasa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
***