Atiwa - Tiwa

Atiwa-tiwa adalah upacara yadnya yang berkaitan dengan upacara kematian.
Kalau di Kalimantan disebut Tiwah. 
Biasanya kalau dijumpai sanak yang menghembuskan nafas terakhir lazim diucapkan doa seperti doa / mantra Pralina, yaitu:
“Murcantu, Swargantu, moksantu Ong Ksama sampurnaya namah swaha”.Artinya:
Semoga tenang dalam menghembuskan napas terakhir, agar mencapai sorga, mencapai moksa. Semoga sempurna.
Demikian disebutkan Atiwa - tiwa ini dalam sumber kutipan konsep panca yadnya dan filosofi nilai dalam kelangsungan hidup menurut umat hindu, yang mana dijelaskan
upacara atiwa - tiwa ini dapat dilanjutkan dengan pesetujuan keluarga dan kelihan desa adat apakah layak dikubur atau dengan upacara ngaben.
Sehingga dengan adanya persetujuan tersebut dan juga dengan menentukan hari baik ala ayuning dewasa dalam upacara Atiwa - tiwa ini agar proses - proses upacara ini dapat dilaksanakan dengan baik pula.

Mengenai upacara ngaben atau atiwa-tiwa ini dijelaskan oleh PHDI dalam nilai-nilai Agama Hindu dalam Lontar Gong Besi yakni waktu membakar mayat pada waktu hari byantara patut mengirim. Kalau pada waktu byantara membakar sawa (jenazah), 
  • patut sekarang juga mengirim. 
  • Itu kadang mantri namanya. 
Upacara ngaben pada waktu hari byantara, sekarang juga mengirim, kemudian ngarorasin, selesai sehari, tumandang mantri namanya upacara ini. Itu madhyaning uttama namanya. Lagi kalau membakar jenazah, mengirim, mabersih, ngarorasin, selesai dalam sehari. 
  • Itu kumandang mantri namanya. 
  • Kerjanya yang utama itu, Manywasta upacara itu, sangat utama. 
Kalau ada orang yang melakukan upacara yang demikian, itu utamanya manywasta namanya"
***