Akulturasi Budaya

Akulturasi Budaya adalah perpaduan seni antara kebudayaan berbeda yang berlangsung dengan damai dan serasi serta tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua kebudayaan tersebut dimana bentuk-bentuk akulturasi Hindu - PraHindu di Indonesia disebutkan seperti halnya dalam seni bangunan, seni rupa dan seni lukis, seni sastra, sistem kalender, pemerintahan, kepercayaan, sistem sosial, sistem perekonomian maupun sistem pendidikan.

Dahulu juga disebutkan Nusantara dalam sejarahnya dihuni oleh penduduk yang tergolong ras Negrito yang mengusung kebudayaan Paleolitikum dalam beragam bentuk karya-karya seperti halnya tradisional Bali yang juga mengalami akulturasi seni budaya dari zaman ke zaman.
  • Awalnya pada zaman palaeolitikum, dahulu masyarakat hanya mengenal kebudayaan batu tua dimana alat-alat yang mereka hasilkan masih sangat kasar sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. 
  • Kira-kira 2000 tahun sebelum Masehi. Bangsa Austronesia memiliki kreasi seni budaya yang sangat tinggi mutunya yang sampai sekarang masih terlihat dalam bentuk nekara.
  • Pada zaman perundagian ini sekitar tahun 600-300 SM, terjadi akulturasi antara kebudayaan batu dengan perunggu. Kebudayaan masyarakat di Bali semakin tumbuh dan berkembang.
  • Pada jaman Raja Udayana pada tahun 989 M, pis bolong sebagai alat pembayaran yang sah pada saat itu juga disebutkan memiliki sentuhan seni dari Dinasti Tang yang berasal dari Negeri Cina.
  • Bahasa Bali kuno yang digunakan oleh Suku Bali disamping mengandung banyak kata sansekerta, pada masa kemudiannya terpengaruh juga oleh bahasa Jawa Kuno dari jaman Majapahit dimana pengaruh Jawa besar sekali kepada kebudayaan Bali. 
  • Sebagai masyarakat multikultural, dalam tradisi besar juga telah terjadinya akulturasi antara kebudayaan Bali lokal dengan kebudayaan Hindu Jawa yang melahirkan kebudayaan Bali tradisi dengan ciri-cirinya yaitu : 
    • Adanya kekuasaan terpusat lewat konsep Dewa Raja. 
    • Raja dianggap sebagai inkarnasi Dewa dengan segala kelebihannya dibandingkan rakyat kebanyakan.
  • Adanya desa juga tidak bisa lepas dari situasi dan kondisi Bali di masa lalu dengan kedatangan brahmana yang menyebarkan agama Hindu di Bali dan juga pengaruh pemerintahan kolonial Belanda, hingga perkembangan situasi sosial politik di Indonesia paska kemerdekaan menjadi runtutan sejarah desa di Bali.
  • Di Bali, Pura sebagai tempat suci umat Hindu di Bali juga ada disebutkan terjadi akulturasi seperti halnya.
    • Pura Langgar | berkaitan dengan sejarahnya, pura ini dilengkapi dengan beberapa fasilitas seperti; tempat wudhu dan sholat bagi umat Islam, toilet dan area parkir.
    • Pura Paluang, Nusa Penida | Bangunannya berbentuk mobil.
  • Begitupun dalam seni rupa dan seni lukis yang dibuat oleh para sangging diceritakan juga dahulu menciptakan sebuah tren baru untuk pelukis seni dan Eropa Asia.
Proses akulturasi tersebut dalam sejarah kebudayaan Bali menurut riezhanuriezka juga menunjukkan bahwa kebudayaan Bali bersifat fleksibel dan adaptif khususnya dalam kesenian sehingga tetap mampu bertahan dan tidak kehilangan jati diri karena :
  • Tetap menjunjung tinggi nilai-nilai keseimbangan dan keharmonisasi Tri Hita Karana yang wajib dijaga umat manusia.
  • Adanya konsep tri semaya yakni persepsi orang Bali terhadap waktu.
Seperti halnya sebuah pura yang menjadi perkawinan antara berbagai budaya kultural seperti Hindu Bali, Cina (Siwa, Buddha, Tao, Kong Hu Tju) dan Islam. Itu terwujud dari beberapa bangunan yang ada di Pura Pabean dalam wisata Bali Utara ini.
Berbagai macam bentuk candi ada disini, struktur yang memukau dan indahnya bentuk-bentuk simetris menambah keeksotikan pura ini. Banguanan-bangunan sucinya juga nampak indah dengan seni pahatan yang unik dan menarik serta relief-reliafnya yang indah.
***