Kehidupan Duniawi

Kehidupan Duniawi adalah rutinitas keseharian dalam memenuhi berbagai keperluan kehidupan di dunia ini.

Namun orang yang sejahtera secara duniawi tanpa didasari dharma dikatakan ibarat orang yang terkena demam tinggi, dan obat penurun demam itu tentulah kesulitan duniawi atas karunia Tuhan sehingga suhu demam orang tersebut turun hingga kembali pada kesadaran spiritualnya tahap demi tahap.
Dan barang siapa yang tulus menyembah Tuhan, dikatakan Sriantini Jater
ia dapat melihat tuntunan Tuhan ada disetiap langkah hidupnya.
Secara duniawi, mungkin tampaknya ia ditimpa kesulitan atau keadaan diluar harapannya, namun ia iklas menerimanya sebagai karunia istimewa Tuhan.
***
Pada jaman sekarang ini terdapat banyak sekali godaan-godaan untuk melakukan kejahatan.
Cobalah direnungkan bagaimana perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari godaan kejahatan kecil [yang mungkin tidak kita sadari] sampai dengan godaan kejahatan besar. 
Misalnya [contoh] :
Mengerjai orang lain, menjadikan orang lain bahan ejekan dan olok-olokan, kebut-kebutan di jalan, ngebel-ngebel tidak sabar dan tidak mau mengalah di jalan, membuang sampah sembarangan, ada wanita lewat kita lecehkan dengan siulan cuit-cuit, menyerobot antrean, melanggar lampu lalu-lintas, menghidupkan musik keras-keras yang sangat mengganggu, melakukan penipuan, korupsi, selingkuh, perampokan, pelecehan seksual, pembunuhan, dsb-nya.
Sesungguhnya apapun yang kita ucapkan dan lakukan itu tidak saja akan menghasilkan karma, tapi sekaligus juga secara pasti akan memantul balik ke dalam kecenderungan pikiran kita sendiri. 
Melakukan kejahatan adharma akan menghasilkan karma buruk, serta akan mengotori pikiran kita, menodai ketenangan dan kejernihan di dalam pikiran kita sendiri.
Jika di tempat kerja ada yang mengajak kita korupsi beranilah mengatakan tidak, jika dalam pergaulan ada yang mengajak kita selingkuh beranilah mengatakan tidak, atau jika ada yang mengajak kita melakukan kejahatan apapun beranilah mengatakan tidak. 
Keberanian untuk mengatakan tidak seperti ini sangat menyelamatkan diri kita. Belajarlah disiplin menahan diri agar tidak melakukan kejahatan.
Karena sekali lagi, melakukan kejahatan tidak saja menghasilkan karma buruk, tapi sekaligus juga menjadi penyebab utama pengkondisian pikiran kita yang gelap, resah, gelisah dan tidak puas. 
Mungkin kita akan merasa sakit sebentar karena kita disisihkan,tapi sudah pasti kita akan selamat dari kesengsaraan dan rasa sakit yang jauh lebih besar.
Ajaran dharma bukan suatu paksaan bagi kita untuk melaksanakannya. Bukan juga tentang hukuman dan pahala. Tapi ajaran dharma menyadarkan kita tentang adanya hukum besi yang berlaku mutlak di alam semesta ini. 
Hukum yang tidak bisa dibendung. 
Apapun tindakan dan ucapan kita secara pasti akan direspon oleh hukum alam semesta [hukum karma] menjadi akibat. 
Jika kita melakukan perbuatan atau perkataan yang berdampak dhukacitta [merugikan, menyengsarakan atau menyakiti mahluk lain], kita akan mengalami kesengsaraan. Ini berarti, alasan kita menahan diri untuk tidak melakukan kejahatan semata-mata demi keselamatan dan ketenangan diri kita sendiri. 
Semua pilihannya ada di tangan kita sendiri.

Demikian sebagaimana ditambahkan dalam menyatukan kehidupan duniawi dan spiritual orang awam yang dikatakan :
Tantangan terbesar dalam melaksanakan kehidupan spiritual [mempersiapkan bekal kematian] adalah padatnya kesibukan kita dalam melaksanakan kehidupan duniawi [mempersiapkan bekal kehidupan]. 
Kita hampir tidak memiliki waktu untuk dapat menekuni perjalanan spiritual.
Akan tetapi bukannya tidak ada jalan keluarnya. Bagi orang awam [bukan penekun spiritual], titik tengah utama untuk dapat menyatukan kehidupan duniawi dan spiritual yaitu dengan cara : 
  • Memberikan pelayanan yang terbaik.
    Entah kita menjadi pekerja kantoran, tukang kebun, petani, dokter, gubernur, receptionist hotel, membuka usaha, ibu rumah tangga, dsb-nya, 
    Asalkan kita melakukan tugas-tugas kita dengan kejujuran, kebaikan dan ketulusan untuk melakukan pelayanan, itu adalah sadhana [upaya spiritual] yang mendalam.
  • Pendisiplinan diri melaksanakan dharma di tengah keramaian. 
  • Dengan sadhana yaitu dengan ketekunan seperti halnya menjapakan mantra “Om Namah Shivaya” diantara sela-sela waktu yang kita punya seperti misalnya di pagi hari sebelum beraktifitas, atau di malam hari menjelang tidur, dsb-nya.
***