Wak Purusya

Wak Purusya adalah perkataan kasar dan menghina yang bertentangan dengan Tri Kaya Parisudha yang dalam istilahnya biasanya disebut seperti halnya :
  • Perkataan, pembicaraan dusta dan kotor yang disebut mada sebagai bagian dari Tri Mala yang sangat perlu dihindari untuk mengurangi dosa.
  • Suka memfitnah yang disebut rajapisuna sebagai bagian dari sad atatayi, penyebab sang jiwa akan lahir di alam ini dengan kesengsaraan berkepanjangan.
Sejatinya memfitnah, berkata kasar, berbohong dan sebagainya disebutkan juga tidak usah dipelihara sebab hal tersebut akan bisa mendatangkan penderitaan bahkan lebih fatal lagi bisa menyebabkan kematian.

Oleh karena itu yang dalam sumber kutipan materi pelajaran pendidikan agama hindu kelas XI dikatakan :
Marilah kita sucikan wak/kata-kata sehingga menjadi “wacika” yaitu kata-kata yang suci, karena kata-kata yang suci ini akan dapat mengantarkan kita kepada sahabat atau mitra dan kepada kebahagiaan atau laksmi.
Ada empat cara (karma patha) untuk menyucikan perkataan yaitu:
  1. Tidak berkata jahat (ujar ahala). Kata-kata yang jahat yang terucapkan dapat mencemarkan vibrasi kesucian, 
    • baik kesucian yang mengucapkan maupun yang mendengarkan. 
    • Karena dalam kata-kata yang jahat itu ada gelombang yang mengganggu keseimbangan vibrasi kesucian.
  2. Tidak berkata kasar (ujar aprgas), seperti menghardik, mencaci, dan mencela. 
    • Kata-kata kasar itu sangat menyakitkan bagi yang mendengarkan 
      • dan sesungguhnya akan dapat mengurangi vibrasi kesucian bagi yang mengucapkan. 
    • Perlu diperhatikan, meskipun niat baik, kalau diucapkan dengan kata-kata yang kasar maka niat baik itu akan turun nilainya (menjadi tidak baik). 
    • Bagi yang mempunyai kebiasaan berkata kasar, berjuanglah untuk merubahnya.
  3. Tidak memfitnah (raja pisuna). Ada pepatah mengatakan "fitnah itu lebih kejam dan pembunuhan". 
    • Adakalanya dalam persaingan hidup ini, orang sering mengalahkan lawannya dengan cara memfitnah agar lawan tersebut dengan mudah dikalahkan. 
      • Salah satu sifat manusia yang dapat menimbulkan akibat negatif yang disebut “distinksi” yaitu suatu dorongan untuk lebih dan orang lain. 
      • Kalau ia tidak mampu berbuat lebih dan kenyataan maka fitnahpun akan dipakai senjata agar ia kelihatan lebih dan yang lain. 
        • Cegahlah lidah agar tidak mengucapkan kata-kata fitnah.
  4. Tidak mengeluarkan kata-kata yang mengandung kebohongan
    • Kebiasaan berbohong atau nguluk-uluk juga sering didorong oleh nafsu distinksi tadi. Agar ia kelihatan lebih dari orang lain bohong pun sering dilakukan. 
    • Berbohong juga sering dilakukan untuk menutupi kekurangan diri. Menghilangkan kebiasaan berbohong ini haruslah dibiasakan untuk rela menerima apa adanya sesuai dengan karma.
Demikianlah empat hal yang harus dibiasakan agar tidak keluar dan lidah kita kata-kata yang tidak baik atau menyakitkan.
Untuk melatih itu biasakanlah menyanyikan nama-nama Tuhan atau Dharma gita atau Mantram-mantram tertentu secara terus menerus, sampai kebiasaan itu dapat dihapuskan. 
Hal ini memang memerlukan kesungguhan, karena mengubah kebiasaan jelek memang tidak mudah. Kebaikan itu hanya dapat diwujudkan dengan cara membiasakannya sampai melembaga dalam tingkah laku.
Pada mulanya dikatakan memang dirasakan beban, tapi lama kelamaan akan menjadi kebutuhan dan kebiasaan.
***