Bujangga

Pada jaman dahulu Bujangga adalah seorang pendeta atau Wiku sebagai pemuput Tirtha Amerta Pratiwi Jati yang dalam Lontar Kerta Bujangga dengan adanya konsep Tri Katrini atau Tri Purusa, Tri Lingga, dan Tri Sedaka yang artinya tiga pendeta atau sulinggih diantaranya siwa/bhur, budha/bwah, dan bujangga/swah.

Adapun Bujangga dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
  1. Bujangga Sugata, 
  2. Bujangga Siwa, 
  3. dan Bujangga Waisnawa yang erat kaitannya dengan kedatangan Maha Rsi Markandheya dan Rsi Waisnawa.
Sebelumnya Bujangga juga sering disebut dengan sangguru (atau "Sang Guru" sebagai penuntun umat).
Tapi kemudian Sangguru berubah menjadi Senguhu lalu Senguhan atau gelar suci. Kemudian kata Senguhu dihilangkan karena banyak masyarakat yang salah paham bahwa Senguhu sering disamakan dengan warga Senguhu versi Babad Pasek karangan I Gusti Bagus Sugriwa. 
Mengenai beberapa pura kawitannya yaitu :
  • Pura Luhur Gunung Sari di desa Jatiluwih Penebel, Tabanan 
  • dan di Pura Segara Canggu disebelah Pura Batu Bolong.
Demikian dijelaskan legenda bujangga waisnawa dalam buku karangan Inyoman Singgih Wikarman.

Sebagai tambahan,
  • Dimana juga disebutkan dalam sejarah warga sengguhu disebutkan Rsi Bujangga sebagai Brahmana Gotra yang bertugas sebagai pandita pemahayu jagat.
***