Pada zaman pemerintahan Dalem Waturenggong, memang ada kisah
yang menarik.
Pada suatu hari, Dalem menggelar upacara yang cukup besar. Untuk me-muput upacara tersebut, Dalem mengundang Danghyang Nirartha yang juga bergelar Ida Pedanda Sakti Wawu Rawuh.Ketika utusan raja sampai di pasraman, yang ada hanya I Kelik, abdi setia Danghyang Nirartha. Utusan Dalem mengira I Kelik sebagai pandita dan mohon agar bersedia muput upacara. I Kelik yang dikira pandita justru senang menerima undangan itu.
Ia tampak sangat percaya diri,
karena ia juga banyak menghafal mantra dan tahu pula tata cara muput
upacara. Pengetahuan dan keterampilannya itu ia dapatkan dari Danghyang
Nirartha.
Sedang asyiknya I Kelik mamuja, tiba-tiba datanglah Danghyang Nirartha, pandita yang seharusnya muput upacara tersebut. Danghyang Nirartha maupun Dalem Waturenggong pun sama-sama terkejut.
Sedang asyiknya I Kelik mamuja, tiba-tiba datanglah Danghyang Nirartha, pandita yang seharusnya muput upacara tersebut. Danghyang Nirartha maupun Dalem Waturenggong pun sama-sama terkejut.
Merasa dibohongi,
Dalem Waturenggong murka dan mengusir I Kelik dan bahkan diberi hukuman
mati. Namun berkat sifat pengasih Danghyang Nirartha, I Kelik selamat
dari hukuman mati. Dalem memberikan pengampunan atas permohonan
Danghyang Nirartha.
Oleh karena pernah dikira atau di-sengguh sebagai pandita, maka I Kelik diganti namanya menjadi I Sengguh yang lambat laun menjadi I Senggu. Jauh lama kemudian, I Kelik malah diberikan hak melaksanakan tugas sebagai pandita pemahayu jagat, seperti yang dilakukan Ida Bhujangga.
Oleh karena pernah dikira atau di-sengguh sebagai pandita, maka I Kelik diganti namanya menjadi I Sengguh yang lambat laun menjadi I Senggu. Jauh lama kemudian, I Kelik malah diberikan hak melaksanakan tugas sebagai pandita pemahayu jagat, seperti yang dilakukan Ida Bhujangga.
***