Pedanda adalah semua wiku keturunan Dang Hyang Nirartha dan Dang Hyang Asthapaka yang telah melaksanakan upacara mediksa sebagai salah satu Brahmana Gotra di Bali yang menjadi abdi dan hamba dari Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa.
Pedanda sebagai kelompok warga /klen /soroh / wangsa brahmana ini disebutkan merupakan :
- Keturunan Dang Hyang Nirartha disebut sebagai Pedanda Siwa
- Keturunan Dang Hyang Asthapaka, Pedanda Buddha
Kata Pedanda ini mungkin berasal dari Hastapada (Hasta + pada).
- Hasta artinya tangan
- dan pada artinya kaki.
Jadi Hastapada artinya tangan dan kaki, pembantu, abdi, hamba. Ida artinya Beliau. Kedua kata itu kemudian dijadikan menjadi Hastapada + Ida, menjadi Hastapada + Ida,
menjadi Hastapada dan Ida, artinya kaki tangan Beliau Sanghyang Widhi, disingkat dikatakan Padanda.
Diceritakanlah dahulu pada tahun 1530 masehi, Dang Hyang Asthapaka datang ke Bali dari majapahit.
Bersama dengan pamannya, Dang Hyang Nirartha, berperan melaksanakan Homa atas permintaan Raja Bali, Batur Renggomg, Dang Hyang Asthapaka menetap di Bali dan beliaulah menjadi cikal bakal para Pedanda Buddha, juga di Lombok dan di tempat lain hingga kini.
Keturunan kedua beliau yang menjadi wiku, tidak lagi menyandang predikat Dang Hyang, tetapi diganti menjadi Pedanda.
Sebabnya, rupa-rupanya sebutan Dang Hyang dirasakan menyamai kedudukan kedua leluhur beliau, yang mereka junjung tinggi itu. Sehingga sampai saat ini, keturunan Dang Hyang Nirartha menyebut diri mereka Pedanda Siwa dan keturunan Sang Hyang Asthapaka, Pedanda Buddha.
Demikianlah disebutkan dalam kutipan salah satu mata kuliah Agama Hindu I tentang Rsi yadnya dalam konteks aguron-guron menurut silakrama sebagai sasana bagi para sulinggih dan para sadhu dalam mengabdikan hidupnya di bidang kebenaran dan kesucian.
Dan adapun beberapa pedanda yang menjadi Garda Hindu :
- Ida Pedanda Gede Wayan (Wayahan) Sidemen | Berjasa dalam mendirikan banyak pura baru dan Pura Jagatnatha Denpasar.
***