Nakula dan Sahadewa adalah perwujudan dari Dewa Acwino atau Batara Aswin yang menjelma dalam diri mereka berdua sebagaimana diceritakan Balian dalam pengobatan tradisional Bali,
- Sebagai tokoh kembar menurut Mahabharata di Indonesia dijalin dalam bentuk ceritra Sudamala dimana
- Sahadewa dan Nakula dianugrahi oleh Bhatari Durgha kesaktian (kepandaian) untuk dapat mengobati karena jasa - jasanya meruwat (mengembalikan) Bhatari Durgha dari bentuknya yang menakutkan kembali menjadi Dewi Uma yang cantik.
- Jadi dalam cerita Sudamala ini Dewi Durgha sebagai tokoh pemberi panugrah (anugrah) sedangkan
- Nakula dan Sahadewa sebagai tokoh tabibnya.
Nakula dan Sahadewa juga dikenal sebagai dua putra Raja Pandu dan Dewi Madri dari Kerajaan Hastinapura dalam beberapa sumber kutipan parwa mahabharata sebagai salah satu itihasa yang berisikan ajaran filsafat yang amat tinggi.
Sahadewa, bersama saudara kembarnya yang bernama Nakula yang merupakan perwujudan dari Batara Aswin, dewa ahli obat-obatan dan awet muda disebutkan dalam sekar budaya nusantara, Sadewa dan Nakula bahwa,
ketika masih bayi, keduanya ditinggal mati ayah dan ibunya dan sejak itu anak kembar itu diasuh dengan penuh kasih sayang oleh Dewi Kunti, ibu tirinya.
Nama lain Sadewa disebut juga Tangsen.
Sadewa juga disebut Sudamala ketika berhasil membebaskan mala Durga.
Ketika Pandawa harus bersembunyi selama setahun di negeri Wirata, Sadewa menggunakan nama samaran Tantripala. Sadewa menyamar sebagai seorang pengembala dan pemelihara ternak kerajaan Wirata.
Sadewa memiliki Aji Purnamajati yang menyebabkan ia mempunyai ingatan kuat dan mahir menganalisis sesuatu peristiwa atau suatu persoalan dengan jitu.
Aji itu diperoleh Sadewa ketika ia bersama para Pandawa lainnya membabat Hutan Mertani untuk membangun Kerajaan Amarta.
Kala itu, bersama dengan Nakula, Sadewa dapat membunuh raksasa gandarwa kembar bernama Sapujagad dan Sapulebu. Arwah Sapujagad kemudian merasuk ke dalam tubuh Nakula sedangkan Sapulebu menempati tubuh Sadewa.
Dalam lakon Sudamala, Sadewa hampir saja dikorbankan oleh Dewi Kunti sebagai tumbal bagi kemenangan para Pandawa.
Ceritanya begini:
Beberapa waktu menjelang pecah Bharatayuda Dewi Kunti dihadapkan pada situasi yang sulit. Ia mendengaradanya dua orang raksasa sakti yang mengabdi pada para Kurawa.
Kedua raksasa itu bernama Kalantaka dan Kalanjaya yang terkenal sakti.
Dewi Kunti khawatir kalau-kalau pengabdian Kalantaka dan Kalanjaya pada para Kurawa membuat para Pandawa kalah dalam Bharatayuda.
Kunti lalu pergi menghadap Batari Durga dan minta agar Kalantaka dan Kalanjaya dimusnahkan. Batari Durga menyanggupi asal Dewi Kunti mau menyediakan sesaji berupa seekor kambing merah.
Ternyata, kambing merah itu hanya kiasan saja, sebab yang dimaksud Batari Durga adalah Sadewa, salah satu si Kembar dari Pandawa. Dewi Kunti menyatakan tidak sanggup memenuhi syarat itu.
Walaupun Sadewa anak tiri, kasih sayang Kunti padanya tidak berbeda dengan anak kandungnya. Karena itu ia membatalkan niatnya untuk mohon bantuan Batari Durga.
Dewi Kunti pulang ke keraton Amarta, Batari Durga menyuruh seorang anak buahnya bernama Kalika untuk menyusupi badan Dewi Kunti.
Dalam keadaan disusupi badan halus Kalika, di hadapan anak-anaknya Pandawa, Dewi Kunti menyatakan maksudnya akan mengorbankan jiwa Sadewa pada Batari Durga.
Dalam keadaan disusupi badan halus Kalika, di hadapan anak-anaknya Pandawa, Dewi Kunti menyatakan maksudnya akan mengorbankan jiwa Sadewa pada Batari Durga.
Selain itu Kunti juga mengancam, jika para Pandawa lainnya tidak setuju maka ia akan menjatuhkan kutukannya. Maka Sadewa pun digelandang menghadap Batari Durga. Keempat saudaranya yang lain, tidak ada yang berani bertindak.
Setelah menyerahkan Sadewa pada Batari Durga, Dewi Kunti pulang ke keraton, dan tidur. Sedangkan badan halus Kalika segera keluar dari tubuh Kunti, lalu kembali ke Setra Gandamayit, kahyangan kediaman Batari Durga.
Kepada Sadewa, Batari Durga minta agar dirinya diruwat, dengan harapan agar dapat kembali pulih menjadi cantik seperti waktu masih bernama Dewi Uma dulu.
Namun, Sadewa menyatakan tidak sanggup.
Penolakan ini membuat Batari Durga marah, dan hendak memangsa Sadewa.
Sementara itu Batara Narada yang menyaksikan semua peristiwa itu segera melapor pada Batara Guru, yang segera pula pergi menjumpai Sadewa.
Kepada Sadewa, Batara Guru minta agar permintaan Batari Durga untuk meruwatnya disanggupi, karena Batara Guru segera akan menyusup ke tubuh Sadewa.
Akhirnya, dengan bantuan Batara Guru, Sadewa berhasil meruwat Batari Durga sehingga pulih seperti asalnya, cantik jelita.
Pikiran dan prilaku - prilaku dari dasa mala dan tri mala yang bertentangan dengan Tri Kaya Parisudha sehingga dari pikiran yang bersih akan timbul perkataan yang baik, dan perbuatan yang jujur.
***