Tersebutlah pada zaman dahulu, dalam Lontar Babad Nusa Penida sebagaimana diceritakan Mystalk Dalam Sasih Keenem,
disebutkan bahwa I Gede Mecaling adalah seorang Raja di Nusa Penida dengan perawakan tinggi besar hitam dan memiliki dua taring panjang, beliau dikenal suka meminta tumbal kepada masyarakat, hal itu disebabkan pada saat Ratu Ayu Mas Maketel, istri dari Dalem Dukut, sedang memasak gecok tangannya terluka dan darahnya menetes ke masakannya, yang kemudian dimakan oleh Ratu Gede Mecaling dan Dalem Dukut sehingga mereka berdua menjadi suka dengan daging manusia.Kyai Jelantik Bogol, patih Kerajaan Gelgel berhasil membunuh Dalem Dukut menggunakan taring Naga Basuki, namun Ratu Gede Mecaling tak dapat dikalahkan,
Karena hal tersebut Raja Gelgel, Dalem Waturenggong sendiri pergi ke Nusa Penida dan berunding dengan Ratu Gede Mecaling, setelah diberi nasehat oleh Raja Gelgel, Ratu Gede Mecaling sadar dengan kesalahannya, dan berkata bahwa tak ada senjata yang bisa membunuhnya kecuali taringnya sendiri.Akhirnya Dalem Waturenggong berhasil membunuh Ratu Gede Mecaling, namun sebelum meninggal beliau mengancam bahwa roh beliau tidak akan ke akhirat, namun tetap berada di Nusa Penida, dan setiap sasih keenem beliau akan memerintahkan pasukan mahkluk halusnya menyebar wabah ke Pulau Bali.
Ratu Gede Mecaling juga akan mengambil beberapa penduduk Bali untuk dijadikan pengikutnya saat sasih keenem.Bahkan di daerag Banjarangkan, Klungkung, ada kepercayaan bila kulkul banjar berbunyi sendiri, itu adalah tanda Ratu Gede Mecaling mendatangi desa, kemudian warga akan dikumpulkan dan diberikan gelang tridatu (benang merah, hitam, putih), Ratu Gede Mecaling tidak akan mengambil orang sebagai pengikut jika mengenakan gelang tridatu sebagai lambang kesucian Tuhan.
Demikian diceritakan keampuhan Tridatu untuk untuk menetralkan kembali keseimbangan kosmis yang terganggu ini.
***