Tutur Buddha Sawenang

Tutur Buddha Sawenang merupakan sebuah lontar tattwa yang membicarakan tentang ajaran Buddha.

Lontar ini tergolong lontar yang cukup tua yang dalam alih aksara dan alih bahasa lontar disebutkan karena bahasa yang digunakan yaitu perpaduan antara bahasa Sansekerta dengan bahasa Jawa Kuna.

Penyajian ajaran Buddha dalam lontar ini disajikan dalam bentuk dialog antar seorang guru spiritual dalam hal ini Sang Buddha Sawenang dengan keempat muridnya yaitu 
  • Sang Buddha Paksa, 
  • Sang Buddha Gotama
  • Sang Buddha Mahayana, dan 
  • Sang Buddha Tulen. 
Dialog itu berkisar pada bagaimana caranya agar seseorang menjadi sempurna, sehingga ia terbebas dari lingkaran punarbhawa dan mengetahui hakekat kebenaran yang sejati atau kebenaran yang sunyi (kosong). 
Menurut Sang Buddha Sawenang, 
  • kebenaran yang sunyi sangat sulit dicapai, 
  • walaupun dengan jalan keberanian, kebenaran, kemasyuran, tapa, brata, yoga, semadi, japa mantra, kedamaian pikiran, atau Weda sekalipun. 
Hal ini disebabkan karena setiap orang tidak bisa luput dari apa yang disebut dengan Sad Wariga; 
  • branta (bingung), 
  • lapa (lapar), 
  • lara (sakit), 
  • lupa (lupa), 
  • turu (tidur), dan 
  • pati (mati), 
yang dipengaruhi oleh Sad Guna baik oleh mata, hidung, mulut, telinga, anus, dan kemaluan. Begitu juga orang tidak akan luput dari Sad Ripu; satru (musuh), rare (anak-anak), artha (kekayaan), punyah (mabuk), kanya (remaja), dan buduh (gila), termasuk Sad Atatayi; linyok (ingkar), ngupaya (memperdaya), amandung (mencuri), pracacad (mencela), misuna (memfitnah), dan mahuk (berbohong).
Demikian juga manusia sangat sulit melepaskan diri dari pengaruh Sad Rasa: pahit, masam, pedas, amis, dan hambar. Inilah yang menyebabkan manusia sulit mencapai kebenaran yang kosong.

Dengan selesainya Beliau menyampaikan berbagai ajaran ke-Buddha-an terutama mengenai hakekat “kebenaran sunyi (kosong)” itu, siswanya lalu diwisuda dan selanjutnya mencari jalan masing-masing untuk menyebarkan ajaran Buddha. 
  • Sang Buddha Paksa pergi ke arah Timur untuk menyebarkan ajaran Buddha Tattwa; 
  • Sang Buddha Gotama pergi ke arah Barat untuk menyebarkan ajaran Buddha Gotama; 
  • Sang Budha Mahayana pergi ke arah Selatan untuk menyebarkan ajaran Tattwa Buddha Berawa.
***