Ngarga adalah suatu proses untuk membuat tirtha oleh para sulinggih / pendeta. Sebelum membuat tirtha, terlebih dahulu biasanya pendeta menyucikan arga dengan air;
Dengan pengasepan sampai disucikan dengan mantra-mantra tertentu sehingga tirtha yang dihasilkan betul-betul amatlah suci.
Pembuatan tirtha dalam upacara-upacara besar biasanya dilakukan dengan mapulang lingga.
Tirtha suci itulah yang akan dibagikan kepada umat. Mengingat ngargha mapasang lingga dianjurkan oleh Lontar Sundarigama seperti halnya pada hari Pagerwesi, dimana disebutkan berarti para pendeta harus melakukan hal yang amat utama untuk mencapai vibrasi spiritual payogan Sanghyang Pramesti Guru.
Dalam agama Hindu, para sulinggih atau purohita adalah adi guru loka yaitu guru utama dari masyarakat dimana dalam memaknai perayaan Pagerwesi dalam Weda Hindu disebutkan,
Sang Sulinggih / Purohita-lah yang lebih mampu menggerakkan atma dengan tapa bratanya.
Dimana dalam beberapa pelaksanan upacara yadnya juga disebutkan :
- Dalam sesana pinandita disebutkan untuk jero mangku menggunakan Astra Mudra ketika nganteb banten; untuk Sang Sadhaka menggunakan mudra lengkap ketika Ngarga Tirta dan Ngili Atma.
- Pengastawa untuk ngarga tirtha, pengurip panca aksara seperti dalam tata pelaksanaan Upacara pawiwahan sadampati disebutkan Pandita ngarga tirta, mareresik, dan mapiuning ke sanggah surya dan lebuh, kemudian pengantin mabeakala, setelah itu pengantin menghadapi bale pawiwahan untuk natab banten.
***