Sang Sukasarana berubah wujud menjadi seekor kera, menyusup di antara kera yang telah berkumpul di Gunung Swela.
Sang Sukasarana bertugas untuk menghitung banyaknya pasukan kera (wanara), mereka yang berani, setia dan sakti, sekaligus dengan pemimpinnya yang berani mati bagi Sri Rama, atau adakah di antara mereka, di antara pempimpin wanara itu yang memihak Rawana.
Ternyata Sang Wibhisana mengetahui kehadiran seekor kera yang sesungguhnya adalah raksasa Sukasarana. Maka ia menyampaikan hal itu kepada Sri Rama dan memohon untuk membunuhnya.
Namun Sri Rama tidak berkenan, "Sama sekali ia tidak boleh dibunuh. Siapa yang akan menyampaikan berita kepada tuannya kalau di dibunuh. Lepaskan ia agar ia cepat menghadap tuannya untuk menyampaikan keadaan kita". Maka kera siluman itupun dilepaskan.
Sang Sukasarana menghadap Sang Rawana. Ia melapor apa yang ia alami, apa yang diketahuinya. Bahwa semua wanara setia kepada Sri Rama ;
- Sang Hanuman teguh hatinya,
- Sang Anggada tidak pernah surut baktinya,
- Sang Gawa, Sang Gawaya, Sang Gawaksa, Sang Jambawan, Sang Nala, Sang Nila (2 wanara sebagai perancang jembatan Situbanda), Sang Susena, Sang Kesari, Sang Suraba, Sang Wresaba, Sang Indayu, Sang Kumuda, Sang Darimuka, Sang Gandamadana, Sang Dwiwida, Sang Panasa, Sang Bimaawaktra, Sang Tara, Sang Winata, Sang Subodra, Sang Kala Waktra, Sang Dumra, Sang Satabali, Sang Putaksa, Sang Mainda, Sang Dhruwasa, Sang Danurdhana, Sang Dama, Sang Mattahasti, itulah sebarisan pimpinan pasukan wanara yang gagah perkasa, yang sangat setia kepada Sri Rama.
Sang Sukasarana juga menyatakan kekecutan hatinya mengetahui kekuatan pasukan Sri Rama itu.
Tentu saja Sang Rawana menjadi marah dan menghardik utusannya itu, sekaligus menyatakan penghinaannya kepada pasukan kera yang dinilainya sangat lemah dan bodoh.
Di pihak lain Sri Rama, Wibhisana, Sugriwa dan Hanuman mengadakan perundingan, perihal menentukan siapa saja yang akan dijadikan duta menghadap Sang Rawana.
Maka pilihan pun jatuh pada Sang Anggada, putra Sang Bali, wanara sangat sakti saudara Sang Sugriwa.
Sang Anggada menerima perintah dengan sangat lega karena baktinya yang tulus kepada Sri Rama (ri bhakti nira hetu tang alang-alang ri Sang Wawana)
Sang Anggada pun terbang ke Alengka.
Setibanya di hadapan Sang Rawana ia segera berkata dengan jelas dan tegas :
"Hai Sang Rawana. Tuan adalah raja, mohon di dengar kata-kata saya. Saya ini adalah putra Sang Bali yang terkenal bernama Sang Anggada. Sri Rama keturunan Raghu adalah raja semesta dunia.
"Hai Sang Rawana. Tuan adalah raja, mohon di dengar kata-kata saya. Saya ini adalah putra Sang Bali yang terkenal bernama Sang Anggada. Sri Rama keturunan Raghu adalah raja semesta dunia.
Beliaulah yang mengutus saya datang kepada tuan, itulah sebabnya saya menghadap. Tujuan saya adalah mohon agar Tuan bersama rakyat tuan sujud menyembah kepada Sri Rama. Mohon agar jiwa tuan selamat dan kekal menikmati kebahagiaan hidup"
Demikianlah permintaan wanara Anggada kepada Sang Rawana. Ia meminta supaya Sang Rawana tunduk kepada Sri Rama. Dan dengan arif wanara muda menasehatinya :
Lawan ndya kari dona ning wwang abhimana tatah sada / ryya nitya nikanang hurip tuwi kayowanan tan lana :
Dan lagi apa pahalanya orang yang selalu angkuh ? Karena hidup ini tidak kekal, demikian pula umur muda tidak abadi. [Ref/Gethey Marwata]
***